ortom dalam muhammadiyah

KATA PENGANTAR

         Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang mana atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya telah menyelesaikan tugas mata kuliah Aismuh dengan membahas “ortom muhammadiyah”. Yang mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
         Dalam penyusunan tugas makalah ini,tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,dorongan dan bimbingan orang tua,sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
         Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,untuk itu saran dan pendapat dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini akan kami terima dengan senang hati.
         Akhir kata,kami memohon maaf apabila pembaca menemukan kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini,dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya mahasiswa keperawatan sebagai acuan pembelajaran mata kuliah aismuh semoga Allah SWT selalu melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita semua.




            Pontianak,19 oktober 2013




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB  I  PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2.Perumusan masalah ………………………………………………….2
1.3.Tujuan penulisan …………………………………………………….3
1.4.Metode penulisan…………………………………………………….4
1.5.Sistematika penulisan………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….4
           2.1. Definisi ortom muhammadiyah………………………………………4
           2.2. organisasi ortom dalam perserikatan muhammadiyah ………………5
           2.3. Aisyiyah……………………………………………………………...6
           2.4. nasyiatul aisyiyah…………………………………………………….7
           2.5. pemuda muhammadiyah……………………………………………...8
           2.6. ikatan pelajar muhammadiyah………………………………………..9
           2.7 ikatan mahasiswa muhammadiyah……………………………………10
           2.8. tapak suci……………………………………………………………11
           2.9. Hizbul wathon……………………………………………………….12
BAB III PENUTUP
           3.1. kesimpulan ………………………………………………………….12
           3.2. saran …………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………14







BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah
Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur manusia dalam segala aspeknya. Ajaran islam bukanya hanya mengatur hubungan vertical manusia, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesamanya. Seiring perjalannya banyak sekali organisasi – organisasi dengan wadah islam telah muncul dan berkembang begitu pula di negara Indonesia sendiri. Salah satu Organisasi yang menjadi sorotan publik karena perannya dalam pembangunan indonesia adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah salah satu organisasi otonom terbesar di Indonesia. Peran Muhammadiyah tidaklah kecil, sampai saat ini Muhammadiyah ikut serta dalam pembangunan perkembangan Bangsa den negara baik melalui, pendidikan kesehatan dan sosial masyarakat selain inti dalam keagamaan.
1.2.Perumusan masalah
 Organisasi apa saja yang dibawah naungan Muhammadiyah ?
1.3. Tujuan penulisan
Untuk memenuhi tugas aismuh yang berupa makalah tentang ortom muhammadiyah . setelah membaca isi dari makalah ortom mahammadiyah ini pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang organisasi yang ada di muhammadiyah.
1.4. Metode penulisan
Makalah ini di buat dengan metode penulisan study pustaka atau literatur. Dengan mengambil beberapa sumber dari internet sebagai tambahan.
1.5. Sistematika penulisan
Sistematika pemulisan makalah ini terdiri dari 3 Bab utama, sebagai berikut,
Bab 1 berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan makalah ini.
Bab II merupakan bagian yang berisi materi maupun pokok bahasan.
Bab III merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan, saran, dan daftar pustaka











BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi ortom muhammadiyah
Ortom sebagai sumber amunisi  bagi Muhammadiyah bagi ketersediaan tenaga kader
yang baru, sehingga ortom tidak boleh berhenti mengkader orang-orang yang menjadi sasaran pembinaannya, dan Muhammadiyah sebagai induk organisasi harus menbantu dan menyiapkan sarana dan prasarana agar tugas-tugas pengkaderan tidak berhenti, jangan hanya mau menerima hasil tapi tidak mau pusing terhadapa apa yang dilakukan oleh Ortom.
Sebagai pelopor dalam pegerakan Muhammadiyah, itu berarti ortom harus berada digarda terdepan untuk mengawal organisasi Muhammadiyah dalam mengsukseskan program, bahkan ia harus siap menjadi anak panah, yang siap ditembakkan kapan saja diperlukan oleh Muhammadiyah.
Sebagai pelangsung, seharusnya tidak ada amal usaha Muhammadiyah yang kandas ditengah jalan atau ketidak sampaian, karena ia harus tampil ke depana membawa program Muhammadiyah sehingga berlangsung setiap masa, tidak malah mereka yang mematikan amal atau program Muhammadiyah.
2.2. Organisasi Otonom dalam Persyarikatan Muhammadiyah
Organisasi otonom dalam Persyarikatan Muham-madiyah mempunyai karakteristik dan spesifikasi bidang tertentu. Adapun Organisasi otonom dalam Persya-rikatan Muhammadiyah yang sudah ada ialah sebagai berikut :
2.3.Aisyiyah (bergerak di kalangan wanita dan ibu-ibu)
sejarah Aisyiyah
Aisyiyah tidak bisa dilepas kan kaitannya dari akar sejarah. Spirit berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir seluruh organisasi otonom yangada di uhammadiyah, termasuk Aisytyah. Sejak mendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan sangatmemperhatikan embinaan terhadap wanita. Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididikmenjadi pemimpin, erta dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam Muhammadiyah. Di antara  ereka yang dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti- Busyro (putri beliau  endiri), Siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber.
 Anak-anak perempuan itu (meskipun usianya baru  ekitar 15 tahun) sudah diajak memikirkan soal-soal kemasyarakatan. Sebelum Aisyiyah secara kongkret  terbentuk, sifat gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok anak-anak perempuan yang  enang berkumpul, kemudian diberi bimbingan oleh KHA Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan  elajaran agama. Kelompok anak- anak ini belum merupakan suatu organisasi, tetapi kelompok anak-a nak ang diberi pengajian.Pendidikan dan pembinaan terhadap wanita yang usianya sudah tua pun dilakukan juga oleh Kiai Dahlan dan istrinya (Nyai Dahlan). Ajaran agama Islam tidak memperkenankan  mengabaikan wanita. Mengingat pentingnya peranan wanita yang harus mendapatkan tempat yang layak,  Kyai Dahlan bersama-sama KHA. Dahlan mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya terdiri  para gadis-gadis dan orang-orang wanita yang sudah tua.Dalam perkembangannya, kelompok pengajian wanita itu diberi nama Sapa Tresna.
 Sapa Tresna belum merupakan organisasi, hanya suatu gerakan pengajian saja. Oleh karena itu,untuk memberikan suatu nama yang kongkrit menjadi suatu perkumpulan, K.H. Mokhtarmengadakan pertemuan dengan KHA. Dahlan yang  juga dihadiri oleh H. Fakhrudin dan Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan. Awalnya  iusulkan nama Fatimah, untuk orga- nisasi perkumpulan kaum wanita Muhammadiyah itu, tetapi nama  itu tidak diterima oleh rapat.
Haji Fakhrudin kemudian mengusulkan nama Aisyiyah yang kemudian  iterima oleh rapat tersebut. Nama Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi gerakan wanita ini karena  didasari  pertimbangan bahwa perjuanganwanita yang akan digulirkan ini diharapkan dapat meniru  perjuangan Aisyah, isteri Nabi Muhammad, yang selalu membantu Rasulullah dalam berdakwah. peresmian Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad pada  tanggal 27 rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M. Peringatan Isra' Mi'raj tersebut merupakan peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk  pertama kalinya. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh KHA.Dahlan.
Pesan Kiyai Dahlan setelah kepengurusan Aisyiyah secara resmi terbentuk ialah sebagai berikut:
1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya  sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan  percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji  dan tidak mundur selangkah karena dicela.
2. Penuh  keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan   sekerja dan peperjuangan.  
Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri, Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama Frobel, yang merupakan Taman Kanan-Kanak pertama kali yang didirikan oleh
bangsa Indonesia. Selanjutnya Taman kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang saat ini telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia.
Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar perjuangan Aisyiyah dicanangkan dengan mengadakan pemberantasan buta huruf pertama kali, baik buta huruf arab  maupun latin pada tahun 1923. Dalam kegiatan ini  para peserta yang terdiri dari para gadis dan ibu- ibu rumah tangga belajar bersama dengan tujuan  meningkatkan pengetahuan dan peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia publik. Selain itu, pada tahun 1926, Aisyiyah mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan    Bahasa Jawa. Melalui majalah bulanan inilah Aisyiyah antara lain  mengkomunikasikan semua program dan kegiatannya termasuk konsolidasi internal organisasi.
                Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928. Dalam hat ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan secara terpadu.
 Aisyiyah berkembang semakin pesat dan menemukan bentuknya sebagai organisasi wanita modern.Aisyiyah mengembangkan berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan wanita.Diantara aktivitas Aisyiyah ialah Siswa Praja Wanita bertugas membina dan mengembangkan puteri- puteri di luar sekolah sebagai kader Aisyiyah.Pada Kongres Muhammadiyah ke-20 tahun 1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA). Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah bertugas mengurusi sekolah/ madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang mengurusi penyiaran agama lewat pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan Wal'asri yang mengusahakan beasiswa untuk siswa yang kurang mampu. Selain itu, Aisyiyah pada tahun 1935 juga mendirikan Urusan Adz-Dzakirat yang bertugas mencari dana untuk membangun Gedung 'Aisyiyah dan modal mendirikan koperasi.
 Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada tahun 1939 mengalami titik kemajuan yang sangat pesat.Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan (PKU) yang bertugas menolong kesengsaraan umum.Oleh karena sekolah-sekolah putri yang didirikan sudah semakin banyak, maka Urusan Pengajaran pun didirikan di Aisyiyah.Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Biro Konsultasi Keluarga.Demikianlah, Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat pada masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan kaum perempuan.
a.      Perkembangan Mutakhir
Amal Usaha Aisyiyah
 Menjelang seabad gerakannya, Aisyiyah saat ini telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah Aisyiyah (setingkat Propinsi), 370 Pimpinan Daerah Aisyiyah (setingkat kabupaten), 2.332 Pimpinan Cabang Aisyiyah (setingkat Kecamatan) dan 6.924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat Kelurahan).
 Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak di berbagai bidang, yaitu: pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Amal usaha Aisyiyah bidang pendidikan saat ini berjumlah 4.560, terdiri dari Kelompok Bermain, Taman Pengasuhan Anak, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Pendidikan Tinggi.
 Sedangkan amal usaha bidang Kesehatan berupa Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu secara keseluruhan berjumlah 280 yang tersebar di  seluruh wilayah Indonesia. Sebagai gerakan yang peduti terhadap kesejahteraan sosial masyarakat, Aisyiyah hingga kini memiliki 459 amal usaha seperti Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, lembaga Dana Santunan Sosial, tim Pangrukti Jenazah dan Posyandu.
 Aisyiyah berpendirian bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat tanpa peningkatan kemampuan ekonominya. Oleh karena itu, Aisyiyah mengembangkan berbagai amal usaha pemberdayaan ekonomi ini datam bentuk koperasi (termasuk koperasi simpan pinjam), Baitul Mal wa Tamwil, toko/kios, Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA), home industri, kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal usaha di bidang ini mencapai 503 buah.
                Aisyiyah juga mengembangkan beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang peningkatan kesadaran kehidupan bermasyarakat.Hingga saat ini amal usaha yang mencakup pengajian, Qoryah Thayyibah, Kelompok Bimbingan Haji (KBIH), badan zakat infaq dan shodaqoh serta musholla berjumlah 3.785.
b.      Identitas, Visi dan Misi
 Identitas
 Aisyiyah, organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan  dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berazaskan Islam serta bersumber pada Al-Quran  dan Assunnah.
Visi ideal
Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Visi Pengembangan Tercapainya usaha-usaba Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan  pengembangan  dakwah amar makruf nahi mungkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
   Misi
 Misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi:   
1.    Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan.
2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum  wanita sesuai dengan ajaran Islam.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkaian terhadap ajaran Islam.
4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi akhlak.
5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, serta membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha yang lain.
6. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan    Aisyiyah.
7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, mempertuas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian.
8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial, kesejahteraan    masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup
10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta memupuk    semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
11. Meningkatkan komunikasi,ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
12. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud  dan tujuan organisasi.
 c. Jaringan Kerjasama Aisyiyah
 Sejak berdiri, Aisyiyah telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik di dalam maupun di uar negeri.Pada masa pergerakan nasional, kerjasama lebih ditujukan untuk menjalin semangat persatuan untuk perjuangan melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Pada tahun 1928, Aisyiyah menjadi salah satu pelopor berdirinya  badan federasi organisasi wanita Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama Kongres Wanita indonesia (KOWANI)
Beberapa lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah pernah menjadi mitra kerja Aisyiyah  datam rangka kepentingan sosial bersama, antara  lain: Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK),  Peningkatan Peranan Wanita untuk Keluarga Sehat  dan Sejahtera (P2WKSS), Dewan Nasional Indonesia  untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Yayasan Sayab Ibu, Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita  Indonesia (BMOlWI) dan Majetis Ulama Indonesia  (MUI).
Selain itu, Aisyiyah juga melakukan kerjasama  dengan lembaga dari luar negeri dalam rangka  kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi, kampanye, seminar, workshop, melengkapi  prasarana amal usaha, dan lain-lain. Diantara  lembaga dari luar negeri yang pernah bekerjasama  dengan Aisyiyah adalah: Oversea Education Fund  (OEF), Mobil Oil, The Pathfinder Fund, UNICEF,  UNESCO,WHO, John Hopkins University, USAID,  AUSAID, NOVIB, The New Century Foundation, The  Asia Foundation, Regional Islamicof South East Asia  Pasific, World Conference of Religion and Peace,  UNFPA, UNDP, World Bank, Partnership for  Governance Reform in Indonesia, beberapa kedutaan   besar negara sahabat, dan lain-tain.
d.      Program Pemberdayaan Ekonomi Aisyiyah
Sebagai organisasi perempuan yang bergerak  datam bidang keagamaan dan kemasyarakatan,  Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan kehidupan  masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan.
 Dengan visi "Tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi   keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat", Majetis Ekonomi Aisyiyah bergerak   memberdayakan ekonomi rakyat kecil dan menengah  serta mengembangkan ekonomi kerakyatan.
 Beberapa program pemberdayaan itu antara lain:   mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga  Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina   Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1426 buah di Wilayah,  koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang  kecil/toko dan pembinaan ekonomi keluarga.
e.       Kesehatan
Dengan misi sebagai penggerak terwujudnya  masyarakat dan lingkungan hidup yang sehat,  Aisyiyah mengembangkan pusat kegiatan pelayanan  dan peningkatan mutu kesehatan masyarakat serta  pelestarian lingkungan hidup metalui pendidikan.  Saat ini Aisyiyah telah mengelola dan mengembangkan 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik Bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35  Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Beberapa program kesehatan yang dikembangkan  antara lain: peningkatan kualitas pelayanan  kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah Sakit,  Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan  Ibu dan Anak yang dikelota oleh Aisyiyah serta  menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai  agent of development yang tidak hanya sebagai  tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu  berperan secara optimal dalam mengobati lingkungan  masyarakat. 
Aisyiyah metalui Majetis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga metakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan  HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan  minuman keras, dengan menggunakan berbagi  pendekatan dan bekerjasama dengan berbagi pihak, meningkatkan pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot project sistem pelayanan terpadu antara lembagakesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi Islami.

f.       Pendidikan
Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama gerakan Aisyah metalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majetis Pendidikan Tinggi, Aisyíyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa.
Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan.
Saat ini Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan terhadap: 86 Kelompok Bermain/Pendidikan Anak Usia Dini, 5.865 Taman Kanak-Kanak, 380 Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 Sekolah Luar Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8 SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28 pendidikan luar sekolah. Aisyiyah jugadipercaya oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, Aisyiyah memiliki 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh Indonesia.
Selain itu, Aisyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan professional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar menuju masyarakat madani.
 
g.      Program majelis majelis tabligh      
            Untuk merealisasikan prinsip dan tujuan dakwahnya, Aisyiyah memiliki berbagai kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh Majetis Tabligh.Majetis ini bergerak dalam urusan kajian Islam kontekstual, dakwah dan pengamalan Islam. Dengan visi untuk menjadi organisasi dakwah yang mampu memberi pencerahan kehidupan keagamaan untuk mencapai masyarakat madani, Majelis Tabligh  mengembangkan gerakan-gerakan Dakwah Islam dalam seluruh aspek kehidupan, menguatkan kesadaran keagamaan masyarakat, mengembangkan materi, strategi dan media dakwah, serta meningkatkan kualitas mubalighat.
Beberapa program dan kegiatan yang telah dan sedang ditindaklanjuti oleh majetis ini antara lain:
1.Pembinaan kelompok pengajian, saat ini berjumlah sebanyak 12.149 di seluruh Indonesia.
2.Membina sebanyak 10.329 mubalighat di  seluruh Indonesia.
3. Mengembangkan desa binaan sebanyak 285 di beberapa daerah tertentu di Indonesia.
4.Sosialisasi program pembinaan Keluarga Sakinah di Wilayah/ Daerah/ Cabang/ Ranting.
5. Menindaklanjuti dan mengembangkan program Qoryah Thoyyibah yakni pengembangan semacam desa percontohan islami dengan mengoptimalkan semua potensi dan sektor baik agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi,maupun hubungan sosial Sebagai pelaksanaan awalnya Aisyiyah telah mengadakan proyek uji coba Qoryah Thoyyibah di dusun Mertosanan Wetan, Potorono, Banguntapan, Bantul, DIY    sejak 1989.
6. Merevitalisasi Gerakan Jamaah dan Dakwah  Jamaah (GJDJ).
7. Meningkatkan usaha pencegahan sejak dini bahaya miras, napza, demoralisasi, seks bebas, kriminalitas dan bentuk penyakit sosial lainnya.
8. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajian.
9. Menerbitkan buku-buku yang diperuntukkan bagi umum maupun kalangan sendiri untuk    melengkapi kegiatan dakwah, dan lain-tain.

h.       Majelis kesehatan sosial
  Pemahaman tentang kesejahteraan sosial yang diperjuangkan Aisyiyah adalah terciptanya suatu     kondisi ideal dari tata kehidupan masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghaffur, yaitu suatukehidupan bahagia sejahtera penuh limpahan  rahmat dan nikmat Allah SWT. di dunia dan akhirat.    Dengan demikian tercipta suatu titik keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah ataupun    aspek material dan spiritual.
                 Sejak berdirinya, kegiatan kesejahteraan sosialAisyiyah telah dimulai dalam bentuk membantu kaum miskin dan anak yatim. Dalam perkembangan saat  ini, program kesejahteraan sosialAisyiyah tersistem ke dalam unit-unit kegiatan sosial antara lain:
1. Kepedulian dan usaha-usaha pelayanan danpenyantunan bagi kelompok masyarakat
 dhuafa/miskin
2. Pengembangan dan pemberdayaan lembaga-tembaga sosial yang dikelola oleh Aisyiyah seperti panti asuhan, panti jompo, balai latihan, rumah singgah, dan lain-lain.
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di perkotaan dan pedesaan.
4. Pelayanan korban dan penanggulangan bencana/musibah.
5. Advokasi publik yang menyangkut masalah- masalah sosial di berbagai lapisan masyarakat.
6. Mengembangkan pola pencegahan dan pemberian bantuan terhadap korban trafficking dan kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan lain-tain.

i.        Majelis kesehatan dan lingkungan hidup
  Sebagai organisasi sosial, masalah kesehatan dan lingkungan hidup telah menempati posisi yang sangat serius dalam gerakan Aisyiyah. Dengan misisebagai penggerak terwujudnya masyarakat danlingkungan hidup yang sehat, Aisyiyah kemudianmengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan  peningkatan mutu kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup metalui pendidikan.
Program-program yang dikembangkan antara lain:
1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak Aisyiyah serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development, tidak hanya sebagai tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan optimal dalam mengobati lingkungan masyarakat.
2. Melakukan kampanye peningkatan keadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular.
3.Penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahayamerokok dan   minuman keras, metalui berbagai pendekatan dan bekerjasama dengan berbagai pihak.
4.Meningkatkan pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan
5. Menyelenggarakan pilot project system pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi Islami.
6.Melakukan kampanye sadar lingkungan dan pentingnya pelestarian lingkungan hidup bagi kehidupan manusia metalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah mengelola dan mengembangkan sekurang-kurangnya 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik Bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia.



J.      Majelis pendidikan dasar dan menengah
Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama gerakan Aisyiyah, majelis ini mengembangkan visi pendidikan Aisyiyah yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri,cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, Majetis ini mengembangkan dan menangani masalah pendidikan dari usia pra TK sampai Sekolah Menengah Umum dan keguruan.
Saat ini majelis ini telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan sebanyak: 86 Kelompok Bermain/ Pendidikan Anak Usia Dini, 5865 Taman Kanak-Kanak, 380 Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 Sekolah Luar Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28 pendidikan Luar Sekolah. Saat ini Aisyiyahjuga dipercaya  oleh  Pemerintah untukmenyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia.
k.      Majelis ekonomi
      Sebagai organisasi perempuan yang bergerakdalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukankehidupan masyarakat khususnya dalampengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan.  Dengan visi "tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat", majetis ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan menengah serta pengembangan-pengembangan ekonomikerakyatan.
Beberapa program majetis ekonomi antara lain:
1. Mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga   Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1426 buah di  wilayah,Daerah dan Cabang yang berupa badan usaha koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/took dan pembinaan ekonomi keluarga.
2.    Menumbuhkan dan mengembangkan koperasi serta Lembaga Keuangan Mikro yang berbadan hokum
3. Meningkatkan partisipasi 'Aisyiyah dalam pembelaan dan penguatan termasuk advokasi terhadap Tenaga Kerja Indonesia, khususnya Tenaga Kerja Wanita.
4. Membangun jaringan dengan berbagai pihak dalam rangka mengembangkan ekonomi umat
5.    Melakukan advokasi dan perlindungan konsumen, dan lain-tain.




L . Mjelis pendidikan kader 
                    Majelis ini menangani masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan professional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar menuju masyarakat madani. Program-program yang dikembangkan oleh majelis ini antara lain:
1.    Mengembangkan system pengkaderan yang mampu menghasilkan kader yang berkualitas.  Saat ini Majetis Pembinaan Kader membina 617 instruktur, 1419 kader serta 108 kajian.
2. Peningkatan kualitas pembinaan kader baik  dalam bentuk kursus, pelatihan, sekolah- sekolah formal, maupun studi lanjut.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader  ulama perempuan, serta kader 'lintas ilmu dan profesi' untuk penguatan gerakan Aisyiyah, dan lain-lain.

m. Majelis pendidikan tinggi
                Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan serta pendidikan Aisyiyah khususnya, majetis ini bertugas untuk membina, mengkoordinasikan Perguruan Tinggi Aisyiyah di seluruh Indonesia, serta memberikan bahan pertimbangan guna menentukan kebijakan yang berkaitan dengan bidang pendidikan tinggi Aisyiyah. Dengan visi "terbentuknya masyarakat muslim yang memiliki keilmuan, keislaman dan keorganisasian dakwah Muhammadiyah-Aisyiyah", majelis ini mengembangkan program-program antara lain:
1. Kajian     isu-isu aktual pendidikan serta penelitan positioning PTA di masyarakat.
2. Penyusunan data base, renstra, serta Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk PTA.
3. Peningkatan kualitas pendidikan serta sinergi dan kerjasama dengan berbagi pihak, dan lain-Lain.
Saat ini Majetis Pendidikan Tinggi Aisyiyah membawahi 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh Indonesia.
n. lembaga penelitian dan pengembangan
             Lembaga ini bertujuan untuk meningkatkan kajian tentang masalah atau isu-isu yang berkembang, baik mengenai organisasi maupun masalah sosial yang terkait dengan sikap perempuan dan organisasi, seperti kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap anak dan perdagangan anak, peran politik perempuan, diskriminasi gender, dan lain-lain. Sebagai institusi yang bergerak dalam penelitian dan pengembangan yang mendinamisasi gerakan dakwah Aisyiyah, LPPA diharapkan mampu menyediakan dukungan data dan informasi metalui kegiatan pengkajian, penelitian dan kegiatan pengembangan lainnya untuk mendukung pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi dalam mencapai visi dan tujuan Aisyiyah.
Program kerja LPPA dapat dikelompokkan menjadi    tiga kategori yakni:
1. Divisi pengkajian dan penelitian: melakukan pengkajian dan penelitian tentang keperempuanan, keagamaan, sosial, dan organisasi dan isu-isu aktual yang terkait dengan usaha Aisyiyah untuk
2.  Divisi Basis Data: membentuk pusat data dan informasi untuk mendukung dinamika gerakan, baik internal maupun eksternal.
3. Divisi /slamic Civil Society (ICS): terkait dengan kegiatan pengembangan khususnya penguatan ICS melalui pendidikan kewarganegaraan seperti meningkatkan kesadaran,wawasan dan partisipasi warga Aisyiyah khususnya dalam dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju kehidupan yang demokratis serta berbagai kegiatan peneingkatan kapasitas lainnya.
o. lembaga kebudayaan
                  Lembaga ini terbentuk dalam rangka merespon perubahan budaya yang berkembang dengan cepat akibat adanya perkembangan teknologi dan  informasi yang demikian pesat. Selain untuk menjaga agar transformasi kebudayaan tersebut tetap berada datam garis ajaran Islam, lembaga ini bertujuan untuk menggali dan memasyarakatkan kreatifitas budaya sebagai bagian dari gerakan dakwah sehingga bisa terwujud masyrakat Islam serta budaya islami yang sebenar-benarnya.
Program lembaga kebudayaan Aisyiyah antara lain:
     1. Meningkatkan perhatian terhadap masalah- masalah sosial budaya seperti kesenian,perubahan budaya masyarakat termasuk gaya hidup masyarakat, kepariwisataan dan aspek sosial budaya lainnya yang mempengaruhi perkembangan masyarakat disertai upayapengembangan khasanah Islami.
     2. Mengimplementasikan tuntutan dakwah cultural yang tidak bertentangan dengan ajaranIslam.
     3. Mengembangkan seni budaya religious dengan symbol-simbol yang   mudah diterima masyarakat datam kerangka dakwah Islam, diantaranya menerbitkan buku Dongeng Indah, Aisyiyah dan Seni Pertunjukan Ekspresi Islam datam Simput Budaya.
p. lembaga hubungan organisasi, hokum dan advokasi (LHOHA)
Lembaga ini bertujuan untuk membangun dan menjalin hubungan kerjasama dalam rangka memperluas sayap gerakan untuk mencapai tujuan organisasi. Lembaga ini juga melakukan komunikasi dengan pihak-pihak lembaga/organisasi lain yang dapat mendorong tercapainya visi dan misi organisasi, yang tidak terbatas ada agama, ras, suku dan golongan. Program LHOHA diarahkan pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.      Pengembangan komunikasi dan kerjasama antar organisasi dan ormas Islam
2.      Advokasi kebijakan publik untuk kepentingankeaditan masyarakat.
3.      Partisipasi pada upaya penegakan hukum dan penyusunan peraturan perundang-undangan.
4.      Peningkatan kesadaran hukum masyarkat.
5.      Advokasi hukum dan hak asasi manusia.
6.      Pengkajian berbagai peraturan perundang- ndangan khususnya terkait dengan hukum Islam dan masalah perempuan.
q. lembaga humas dan penerbitan       
Merupakan lembaga yang mengkomunikasikan segala kegiatan, program serta kebijakan organisasi kepada pihak-pihak terkait, baik internal maupun eksternal serta membentuk citra posistif Aisyiyah di masyarakat luas. Beberapa program fokus kegiatan lembaga ini antara lain:
1. Publikasi dan sosialisasi program dan kegiatan Aisyiyah termasuk opinion leader tokoh  Aisyiyah
2. Sosialisasi pencitraan positif Aisyiyah
3. Menggatang dan menjaga kerja sama dengan stakeholder Aisyiyah baik dalam maupun luar  negeri
Selain itu lembaga ini juga membawahi divisi penerbitan Aisyiyah, SUAR A AISYIYAH yaitu majalah bulanan yang telah terbit sejak tahun 1926 sampai sekarang.Suara Aisyiyah adalah majalah wanita tertua di Indonesia yang perkembangannya dapat diikuti sejak zaman kolonial Belanda, zaman Jepang hingga zaman kemerdekaan.
Selain sebagai alat organisasi yang mempublikasikan program-program Aisyiyah, majalah bulanan ini juga alat yang strategis dalam memberikan perluasan pengetahuan dan penyadaran pada warga Aisyiyah khususnya akan peran perempuan dalam dunia domestik dan publik.
2.4   Naisyatul aisyiyah
Nasyiatul Aisyiah adalah Organisasi Otonom merupakan organisasi otonom yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan keputrian. NA tetap mengedepankan gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar seperti yang diamanatkan oleh oleh Muhammadiyah. Tugas luhur ini dilakukan baik secara kolektif organisasional maupun secara individu oleh personil-personil NA.
Semboyan Nasyiatul Aisyiah yaitu : Al Birru Manittaqo yang artinya kebajikan itu bagi orang yang selalu waspada. Maksud dan tujuan : termaktub pada anggaran Dasar NA pasal 4 berbunyi : terbentuklah pribadi putri Islam yang berguna bagi agama, bangsa dan negara serta menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan Muhammadiyah.

a.       Sejarah Berdirinya Nasyiatul Aisyiyah
Berdirinya Nasyiatul Aisyiyah bermula dengan adanya ide Somodirdjo dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia telah menyadari bahwa tanpa adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya menyebabkan perjuangan Muhammadiyah terhambat. Oleh karena itu ia selalu berusaha untuk meningkatkan mutu ilmu pengetahuan para muridnya baik dalam bidaing spiritual, intelektual maupun jasmaninya.
Pada mulanya ia telah mengarahkan para muridnya untuk memikirkan sejauh mana ilmu pengetahuan yang telah diserap selama belajar di Standart School Muhammadiyah dapat diwujudkan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Didepan kelas ia menyatakan bahwa setiap umat manusia mempunyai dua kewajiban yaitu kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama manusia. Didalam melaksanakan kewajiban terhadap Allah ummat manusia wajib menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannva. sedangkan untuk melaksanakan kewajiban terhadap manusia ummat manusia wajib menyumbangkan pikiran, tenaga dan harta bendanya dalam batas-batas tertentu demi kepentingan bersama. Selanjutnya ia mengajak kepada para muridnya untuk selalu mengamalkan ilmu pengetahuan, tenaga dan harta bendanya dalam masyarakat, untuk mempertanggungjawabkan kewajibannya sebagai ummat manusia yang hidup di dunia kepada Tuhan. Ide Somodirdjo untuk menambah pelajaran praktek kepada para muridnya itu, dituangkan dalam pelaksanaan untuk membentuk wadah dimana putra-putri Muhammadiyah mengadakan kegiatan
Dengan bantuan R H. Hadjid seorang kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri Standart School Muhammadiyah. Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP).
 b. Tujuan dibentuknya Siswa Praja adalah:
1. Menanamkan rasa persatuan, 
2. Memperbaiki;
3. Memperdalam agama;
Siswa Praja mempunyai ranting-ranting di sekolah sekolah Muhammadiyah yang ada, yaitu: Suronatan, Karangkajen
Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggota Siswa Praja Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima
bulan diadakan pemisahan, antara anggota laki-laki dan perempuan. Pimpinan Siswa Praja Wanita diserahkan kepada Siti
Wasilah sebagai Ketua, Umayah Wakil Ketua, Siti Juhainah Penulis, dan Siti Zuhriyah Bendahara. Tempat mengadakan
kegiatan Siswa Praja Wanita di rumah Haji Irsyad (Mushola Aisyiyah Kauman Yogyakarta sekarang). Kegiatan Siswa Praja
Wanita adalah pengajian, berpidato, jama'ah subuh membunyikan kentongan untuk membangunkan ummat Islam Kauman agar
menjalankan kewajibannya yaitu shalat subuh, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam dan kegiatan keputrian.
Lima bulan kemudian Siti Wasilah mengundurkan diri dan diadakan perubahan susunan pengurus pirnpinan Ketua: Siti Umayah, Wakil Ketua: Siti Zuhriyah, Penulis Siti Djuhainah Bendahara: Siti Zaidiyah. Pada periode ini mulai diadakan klasifikasi
1. Thalabus Saadah tiap malam jum'at untuk anak-anak berumur 15 tahun keatas.
2. Tajmilul akhlak, tiap jum'at sore untuk anak-anak yang berumur 10-15 tahun
3. Dirasatul Bannat pengajian sesudah maghrib untuk anak-anak Dasar.
4. Jamiatul Athfal dua kali seminggu untuk anak-anak yang berumur 7-10 tahun.
5.Tiap satu bulan, pada hari jum'at terakhir diadakan tamasya keluar kota.
Meskipun Siswa Praja Wanita berhasil didirikan pada tahun 1919, namun pengurusnya mengalami hambatan didalam memajukan kegiatan. Hambatan ini pada umumnya berasal dari orang tua murid itu sendiri. Mereka melarang, putra-putrinya mengikuti kegiatan diluar jam sekolah karena mereka sering lupa akan tugas rumah vang harus dikerjakan Namun Berkat kesabaran dan ketekunan pengurus dalam memberikan pengertian kepada para orang tua, akhirnya mereka mengerti dan merasakan manfaat dari adanya perkumpulan Siswa Praja Wanita. Bahkan anak-anak yang mengikuti SPW semakin banyak memiliki ketrampilan ketrampilan praktis yang sangat berguna dikelak kemudian hari.Anggota Siswa Praia Wanita semakin banyak, sehingga menghajatkan tempat yang lebih luas, karena itu tempat kegiatan dipindahkan ke rumah KH Muhammad Kamaluddiningrat (ayah Siti Umniyah). Pelajar-pelajar Mu'allimat yang datang dari berbagai daerah turut aktif dalam SPW, sehingga setelah mereka pulang ke kampungnya Siswa Praja Wanita ditularkan kepada para remaja putri. Dan akhirnya SPW semakin meluas.
Tahun 1923 secara organisatoris Siswa Praja Wanita menjadi urusan Aisyiyah tahun 1924 mendirikan Bustanul Athfal, yakni suatu gerakan untuk anak laki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar ke-Islaman pada anak-anak, pada sore hari. Sesudah dua bulan diganti pagi hari SPW menerbitkan buku nyanyian bahasa jawa dengan nama pujian siswa Praja. Siswa Praja Wanita semakin besar dan menimbulkan inisiatif para pimpinan untuk membeli gedung. Pada tahun 1925 Siswa Praja Wanita membeli sebuah rumah sebagai pusat kegiatannya. Tahun 1926 kegiatan Siswa Praja Wanita dimuat di Suara "Aisyiyah". Karena mempunyai cabang-cabangnya di luar daerah. Cabang pertama adalah Cabang Surakarta. Pelajaran-pelajaran ditambah dengan ketrampilan seperti menjahit, kerajinan dan memasak. Tahun 1926 Busthanul Athfal diserahkan kepada Aisyiyah. Tahun 1929 SPW dipimpin oleh Siti Zuhriyah. Pada saat ini mulai diadakan kaderisasi secara sederhana. Pada tahun ini pula Konggres yang ke-18 semua cabang diharuskan mendirikan SPW dengan sebutan Aisyiyah urusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam konggres ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama-nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia, karena cabang-cabang Muhammadiyah di luar jawa sudah banyak. Saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah. maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyiatul Aisyiyah.
Siswa Praja Wanita (SPW) yang pada tahun 1931 berubah nama menjadi Nasyiatul Aisyiyah, dan masih bagian dari Aisyiyah makin hari makin aktif kerjanya. Tahun 1935 Pimpinan Nasyiah di lbukota dipimpin oleh Siti Buchainah. Kegiatannya bertambah lagi; mengadakan shalat jum'at bersama-sama, mengadakan tabligh keluar masuk kampung, keluar kota, kursus administrasi dan propaganda Muhammadiyah. Tahun 1938 pada Kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta diputuskan "Simbul Padi" menjadi simbul Nasyiah. Bapak Achyar Anies mengarang nyanyian simbul padi dan dijadikan Mars Nasyiah. Tahun 1939 Pimpinan NA dipegang oleh St. Wasilah Anies. Di pusat Nasyiatul Aisyiyah menyelenggarakan "Taman Aisyiyah" dengan demikian putri-putri NA yang berbakat mengarang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan bakatnya. Selain itu juga menghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan dibukukan dengan diberi nama "Kumandang Nasyiah".
Pada masa sekitar revolusi, percaturan politik dunia yang mempengaruhi negara Indonesia, membawa akibat yang besar atas kehidupan masyarakat.
Organisasi-organisasi termasuk didalamnya Muhammadiyah, Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah mengalami kemacetan. Nasyiah hampir tidak terdengar lagi perannya ditengah-tengah masyarakat. Baru setelah situasii mengijinkan tahum 1950, Muhammadiyah mengadakan Muktamar di Yogyakarta untuk memesatkan gerak dan langkahnya. Aisyiyah ditingkatkan menjadi otonom. Oleh Aisyivah, Nasyiatul Aisyiyah dijadikan bagian yang diistimewakan sehingga terbentuk Pimpinan Pusat Aisyiyah seksi Nasyiah yang disertai memberi pimpinan kepada Aisyiyah bagian Nasyiah diseluruh Indonesia, dengan ini berarti Nasyiah berhak mengadakan konferensi mengadakan peninjauan dan sebagainya.
Tahun 1952 Pimpinan Pusat Aisyiyah seksi Nasyiah dipimpin oleh ibu Zam'ah Dimyati. Usahanya yang pertama adalah memberikan pimpinan kepada Nasyiah seluruh Indonesia dan menyelenggarakan keanggotaan Nasyiah. Tahun 1953 Muktamar di Purwokerto, putri Nasyiah banyak yang hadir menemani utusan dari Aisyiyah. Pimpinan Pusat Aisyiyah seksi Nasyiah melaporkan hasil kerjanya pada Muktamar. Tahun 1954 Pimpinan Pusat Aisyiyah membentuk satu susunan pengurus untuk menghimpun putri-putri keluarga Muhammadiyah yang bersekolah di Yogyakarta, tetapi belum terhimpun di Nasyiah dengan maksud supaya mereka aktif di Nasyiah.
Tahun 1956 Muktamar di Palembang, dari Muktamar Aisyiyah ada prasaran mengaktifkan anggota -Nasyiatul Aisyiyah yang pokok isinya mengharapkan kepada Aisyiyah untuk memberi hak otonom kepada Nasyiah. Prasaran disampaikan oleh Dra. Baroroh. Tahun 1959 Muktamar di Yogyakarta kedudukan Nasyiah masih sebagai seksi Aisyiyah, pimpinan dipegang oleh ibu Zuhra Daris. Kegiatannya mulai diperbesar.

Ketika Muktamar di Jakarta tahun 1962 diberi sedikit kesempatan untuk mengadakan musyawarah tersendiri dan kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Nasyiatul Aisyiyah. Mereka berhasil membuat rencana kerja yang baru dibawah pimpinan Siti Karimah, Seksi NA terus bekerja untuk mempersiapkan mengadakan popularisasi NA, kaderisasi dan lain-lain. Rupanya semangat Jakarta dapat merubah hati nurani segenap anggota Tanwir khususnya terhadap NA. NA sekarang benar-benar menjadi dewasa, sudah saatnya NA, diberi kepercayaan untuk membina rimah tangga sendiri.
Tahun 1963 dalam sidang tanwir terdapat kata sepakat untuk memberi status otonom kepada NA. Di bawah pimpinan majlis bimbingan pemuda. NA yang diketuai oleh Siti Karimah mulai mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan musyawarahnya yang pertama di Bandung. Dengan didahului mengadakan konferensi di Solo, maka berhasillah NA dengan munasnya pada tahun 1965 bersama-sama dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Bandung. Dalam Munas yang pertama kali, tampaklah wajah-wajah baru dari 33 daerah dan 166 cabang dengan penuh semangat, akhirnya dengan secara organisatoris NA berhasil mendapatkan status yana baru sebagai organisasi otonom Muhammadiyah. Secara organisatoris NA lepas dari Aisyiyah dan langsung dibawah pengawasan Muhammadiyah. Fungsi NA adalah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna usaha Muhammadiyah Aisyiyah. Bila dilihat sepintas lalu, Aisyiyah dan NA sama kedudukannya sebagai ortom Muhanimadiyah yang bertugas untuk menyampaikan ide dan cita-cita hidup Muhammadiyah kepada sasarannya. Tetapi secara kekeluargaan Aisyiyah mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari NA. NA merupakan satu-satunya kader Aisyiyah yang bersedia untuk menjadi pengganti, baik yang berupa pimpinan maupun anggota. Di tingkat pusat, wilayah, daerah ataupun cabang.
Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memerhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun umat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah.
Pada awalnya, SP mempunyai ranting-ranting di sekolah Muhammadiyah yang ada, yaitu di Suronatan, Karangkajen, Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggota SP Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima bulan berjalan, diadakan pemisahan antara anggota laki-laki dan perempuan dalam SP. Kegiatan SP Wanita dipusatkan di rumah Haji Irsyad (sekarang Musholla Aisyiyah Kauman). Kegiatan SP Wanita adalah pengajian, berpidato, jama'ah subuh, membunyikan kentongan untuk membangunkan umat Islam Kauman agar menjalankan kewajibannya yaitu salat subuh, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam, dan kegiatan keputrian.
Perkembangan SP cukup pesat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya mulai segmented dan terklasifikasi dengan baik. Kegiatan Thalabus Sa'adah diselenggarakan untuk anak-anak di atas umur 15 tahun. Aktivitas Tajmilul Akhlak diadakan untuk anak-anak berumur 10-15 tahun. Dirasatul Bannat diselenggarakan dalam bentuk pengajian sesudah magrib bagi anak-anak kecil. Jam'iatul Athfal dilaksanakan seminggu dua kali untuk anak-anak yang berumur 7-10 tahun. Sementara itu juga diselenggarakan tamasya ke luar kota setiap satu bulan sekali.
Kegiatan SP Wanita merupakan terobosan yang inovatif dalam melakukan emansipasi wanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarki saat itu benar-benar mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga. Para orang tua seringkali melarang anak perempuannya keluar rumah untuk aktivitas-aktivitas yang emansipatif. Namun dengan munculnya SP Wanita, kultur patriarki dan feodal tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP Wanita sangat dirasakan manfaatnya, karena SP Wanita membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan.
Pada tahun 1923, SP Wanita mulai diintegrasikan menjadi urusan Aisyiyah. Perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1924, SP Wanita telah mampu mendirikan Bustanul Athfal, yakni suatu gerakan untuk membina anak laki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar keislaman pada anak-anak. SP Wanita juga menerbitkan buku nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa Praja. Pada tahun 1926, kegiatan SP Wanita sudah menjangkau cabang-cabang di luar Yogyakarta.                         
Pada tahun 1929, Konggres Muhammadiyah yang ke-18 memutuskan bahwa semua cabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan SP Wanita dengan sebutan Aisyiyah Urusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia, karena cabang-cabang Muham-madiyah di luar Jawa sudah banyak yang didirikan (saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah). Dengan adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah.                                                                                                                                
2.4.Pemuda muhammadiyah
SPIRIT MUHAMMADIYAH senantiasa mengilhami setiap organisasi otonom di lingkungan  Muhammadiyah. Demikian pula halnya dengan Pemuda Muhammadiyah, yang lahir dengan semangat yang sama dengan berdirinya Muhammadiyah, yaitu semangat untuk membangungenerasi yang  tangguh untuk masa mendatang. Sebagai salah satu organisasi otonom tertua di lingkungan  Muhammadiyah (berdiri 2 Mei 1932),Pemuda Muhammadiyah hadir sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
Visi:
Mempersiapkan kader dan generasi muda  Indonesia untuk siap menghadapi tantangan masa depan yang lebih beragam, penuh dinamika dan  berbagai kepentingan datam rangka mencapai maksud dan tujuan Pemuda Muhammadiyah.
Misi:
Menjadikan gerakan dakwah amar ma'ruf nahi  mungkar, gerakan keilmuan, gerakan sosialkemasyarakatan dan gerakan kewirausahaan sebagai tumpuan kegiatan dengan memahami  setiap persoalan yang timbut dan kebutuhan lingkungan dimana Pemuda Muhammadiyah melakukan amal karya nyatanya.

a.      Prinsip Dasar Organisasi
Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan pemuda, beraqidah Islam, dan bersumber pada al-Quran dan Sunnah Rasul. Organisasi ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menghimpun, membina, dan menggerakkan potensi Pemuda Islam serta meningkatkan perannya sebagai  kader untuk mencapai tujuan Muhammadiyah.
Pencapaian maksud dan tujuan tersebut dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut:
1.      Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah  Subhanahu Wa ta'ala.
2.      Memperdalam ilmu, memperluas pengetahuan dan meningkatan kecerdasan  serta mengamatkan sesuai dengan ajaran Islam.
3.      Memperdalam dan meningkatkan pemahaman  Agama Islam.
4.      Menyelenggarakan dan meningkatkan mutu pendidikan kader.
5.      Mengadakan dakwah di kalangan pemuda dan remaja.
6.      Meningkatkan fungsi dan peran pemuda Muhammadiyah sebagai kader Muhammadiyah, kader umat Islam, dan kader bangsa.
7.      Memasyarakatkan dan meningkatkan kegiatan olahraga sebagai sarana dakwah Islamiyah.
8.      Menumbuhkan dan mengembangkan seni budaya yang bernafaskan Islam.
9.      Menggembirakan beramal yang diridhai Allah dan hidup tolong-menolong (ta'awun) dalam ukhuwah Islamiyah.
10.  Usaha-usaha lain yang tidak menyalahi tujuan.
b.      Jaringan Struktural
Susunan organisasi Pemuda Muhammadiyah dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan tingkat Ranting.Pimpinan Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang lingkup nasional.Pimpinan Wilayah adalah kesatuan daerah-daerah dalam tingkat propinsi atau daerah tingkat I. Pimpinan Daerah adalah kesatuan cabang- cabang dalam tingkat kabupaten/kotamadia atau daerah tingkat II.Sedangkan Pimpinan Cabang adalah kesatuan ranting-ranting dalam satu tempat tertentu (setingkat kecamatan).Pimpinan Ranting adalah kesatuan anggota-anggota datam satu tempat tertentu (setingkat desa).Saat ini, Pemuda Muhammadiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
c.       Garis garis besar haluan gerakan
GBHG adalah serangkaian strategi yang mungkin dan memungkinkan untuk dilakukan dengan penjabaran program yang lebih realistis, dan tentunya memiliki daya dukung yang memadai.Oleh karenanya, improvisasi, kreatifitas dan penyesuaian atas kondisi masing-masing sangatlah mungkin dan terkadang harus dilakukan. Dalam kaitan itulah maka dapat dirumuskan 5 (lima) pondasi utama untuk dijadikan koridor penting sebagai batasan pijakan bersama untuk mencapai tujuan kemajuan Pemuda Muhammadiyah, yaitu; Pondasi pertama, Tauhid. Aqidah ini penting sekali sebagai dasar gerakan kita. Jika keyakinan kita temah, maka akan sangat rapuh gerakan Pemuda Muhammadiyah. Sesuai dengan surat Al- Ankabut (19:41); "Perumpamaan orang-orang yang mengambil perlindungan-perlindungan selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengerti".
Pondasi kedua, adatah sistem moral yang benar berdasarkan wahyu illahi. Kita sering membaca surat Al-Baqarah (12:185); yang menyatakan bahwa Al-Quran itu sebagai hudallinnas (petunjuk bagi ummat manusia). Kemudian berisi keterangan (explanation) dan pembeda, yakni the distingtion between good and evil.Jadi selain tauhid kita bangun juga sistem nilai moral yang benar.
Pondasi ketiga, adalah faith and action atau  action base on faith. Jadi melakukan amal sholeh sebanyak-banyaknya yang didasarkan pada aqidah serta nilai-nilai moral yang benar, sehingga amal itu tidak hampa.Tujuan amat itu menjadi jelas arahnya.
Pondasi keempat, adatah Keadilan.Keadilan ini merupakan perintah pertama dalam Al-Quran.Innallah ya'muru bil 'adl wal ihsan, yakni agama keadilan.Karena memang begitu jelas benang meraih keadilan itu dalam konsep agama Islam.Jadi keaditan harus ada keseimbangan yang semetris. Semua orang mendapat apa yang menjadi haknya dan bagi semua orang itu diminta apa yang menjadi kewajibannya. Pemuda Muhammadiyah berusaha membangun masyarakat yang tidak diskriminatif atau abau dende (pilih kasih).
Pondasi kelima, adalah memiliki kecenderungan yang kuat untuk tidak putus-putusnya mengem bangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.Dalam banyak tinjauan Al-Quran dan Al-Sunnah ilmu pengetahuan itu merupakan salah satu kunci pembangunan kehidupan menuju sejahtera tidak hanya di bumi tapi juga di akherat.
d.      Program Kerja Bidang Pengembangan Organisasi dan Sistem Informasi Manajemen
1.       Melakukan pemberdayaan organisasi dengan mengintensifkan gerakan Pemuda Muhammadiyah mulai ranting, cabang, daerah, wilayah hingga pusat sendiri melalui perumusan tugas dan pokok-pokok kegiatan yang harus dikerjakan pada masing-masing level secara jetas, terarah dan menjadi jaringan yang terkontrol, terpantau dan dapat dievaluasi.
2.      Meningkatkan kualitas manajemen organisasi yang efisien dan efektif
3.      Membangun jaringan internal Pemuda Muhammadiyah pada semua tingkat pimpinan agar mampu melakukan kerjasama untuk memperkuat konsolidasi organisasi.
4.      Melakukan inventarisasi dan mengupayakan adanya pengembangan pimpinan khususnya di tingkat cabang dan ranting di semua kecamatan dan desa/ kelurahan, khususnya daerah pemekaran.
5.      Mengembangkan komunikasi dengan memanfaatkan teknologi informasi di seluruh daerah.
6.      Melaksanakan koordinasi, konsolidasi dan komunikasi terstruktur dengan semua ortom,  majelis, lembaga dan amal usaba dilingkungan  persyarikatan khususnya berkaitan dengan  penataan organisasi dan sistem informasi  bersama.
7.       Mengadakan turba dan pembinaan minimal  untuk satu tingkatan pimpinan dibawahnya yang harus dilakukan sedikit-dikitnya satu kali dalam satu periode
8.      Melaksanakan dan menggalakkan pengajian pimpinan pada semua tingkatan
9.      Melakukan pendataan keberadaan pimpinan, jumlah kader maupun aset PemudaMuhammadiyah mulai pusat hingga ranting yang dapat dipertanggung jawabkan
10.  Membangun jati diri Pemuda Muhammadiyah dari sesuatu yang sederhana seperti mampu menghafal lagu mars Pemuda Muhammadiyah, suka menggunakanatribut Pemuda Muhammadiyah, atau tertib administrasi dan sebagainya, disamping hal-hat lain yang bersifat ideologis, filisofis maupun semangat kejuangan lainnya.
11.  Membangun sistem keuangan yang transparan dan akuntable.
12.  Membangun sistem informasi menejemen (SIM) yang baku atau standar, efektif dan mampu dilaksanakan hingga jenjang pimpinan ranting. 
e.       Program Kerja Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama/Masyarakat
1.      Melakukan kajian masalah-masalah pemikiran ke-Islaman dan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai  Islam yang mampu diaktulisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan  bernegara.
2.      Melakukan upaya-upaya yang intensif bagi kaderisasi calon muballigh dan juru dakwah melalui aneka kegiatan baik dilakukan mandiri maupun bekerja sama dengan pihak lain.
3.      Mengkaji kembali metodologi dakwah Islam Pemuda Muhammadiyah untuk kalangan Pemuda khususnya pendekatan dakwah jama'ah dengan mengingat realitas Ranting sebagai ujung tombak gerakan Pemuda Muhammadiyah.
4.      Mampu menemukan pola pengembangan dan model gerakan dakwah jama'ah yang efektif dan efisien bagi gerakan Pemuda Muhammadiyah menuju masyarakat Madani.
5.      Melakukan kerjasama untuk memungkinkan mendirikan jaringan radio komunitas Pemuda Muhammadiyah dan mengfungsikan web site untuk media dakwah Pemuda Muhammadiyah.
6.      Memperkaya kepustakaan dan informasi hasit kajian dakwah tertulis baik media cetak maupun elektronik dari buku sampai CD.
7.      Menyusun pedoman menghadapi gejala-gejala pemurtadan.
8.      Membuat peta dakwah, kompetensi dakwah dan tantangan dakwah di setiap daerah.
9.      Melakukan kerjasama dengan berbagai kalangan untuk memberi kesempatan kepada kader-kader Pemuda Muhammadiyah diberi kesempatan belajar, magang ataupun kursus dalam upaya mencetak kader ulama atau pemikir bidang ke-Islaman.
f.       Program Kerja Bidang Kader dan, Pengembangan Sumber Daya Insani
1.      Merevitalisasi fungsi perkaderan dengan optimalisasi pelaksanaan program perkaderan formal untuk pimpinan dan anggota dengan menyelenggarakan Pelatihan Instruktur secara berjenjang, untuk tingkat pusat sekurang kurangnya 3 kali dalam satu periode.
2.      Menguji dan mensosialisasikan modul, model dan sistem perkaderan yang telah ada dengan sekaligus mengevaluasi keutamaan dan kelemahannya.
3.      Menjadikan keikutsertaan jenjang perkaderan sebagai salah satu tolak ukur seseorang mampu menduduki jabatan pimpinan sesuai tingkatannya untuk menjamin terjadinya budaya perkaderan yang intensif, berjenjang dan berkualitas di     lingkunganPemuda Muhammadiyah.
4.      Meningkatkan pembinaan anggota dengan menanamkan pemahaman yang intensif mengenai prinsip-prinsip gerakan seperti mengenal persyarikatan Muhammadiyah dengan segala permasalahnya,  mengenal prinsip-prinsip perjuangan Pemuda Muhammadiyah dan sebagainya.
5.      Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk membentuk forum kajian tematik bagi pengembangan kader.
6.      Melakukan koordinasi kaderisasi dengan ortom-ortom yang ada pada setiap jenjang, serta mengupayakan transformasi kader dengan banyak melibatkan dan member pengalaman yang  proporsional kepada kader samping asal AMM dalam berbagai aktivitas.
7.      Pemetaan sumberdayainsani yang dimiliki Pemuda Muhammadiyah pada semua lini organisasi,  khususnya alumni Pemuda Muhammadiyah yang  bertebaran di banyak tempat.
8.      Mengokohkan sitaturrahim alumni Pemuda Muhammadiyah sebagai bagian dari pengembangan kader pada berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.
g.      Program Kerja Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Koperasi dan Kewirausahaan
1.      Pengembangan program pemberdayaan ekonorni rakyat meliputi pengembangan SDM pelaku ekonomi, pengembangan kewirausahaan dan usaha kecil, koperasi, dan jika mungkin ada Badan Usaha Milik Pemuda Muhammadiyah (BUM-PM) yang benar-banar konkrit dan produktif.
2.      Penggatangan kerjasama dengan berbagai pihak untuk pengembangan program ekonomi dan kewiraswastaan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah.
3.      Melakukan pelatihan-pelatihan dan pilot proyek pengembangan ekonomi kecil dan menengah  baik secara mandiri maupun kerjasama dengan lembaga lain sesuai perencanaan program ekonomi & kewirausahaan.
4.      Sosialisasi berbagaiwacana  model pemberdayaan ekonomi yang didasarkan atas kekuatan sendiri sebagai wujud cita-cita kemandirian ekonomi umat.
5.      Memberikan panduan terhadap usaha-usaha ekonomi datam membangun kekuatan masyarakat kecil (akar rumput) metalui kegiatan-kegiatan ekonomi alternatif.
6.      Membentuk himpunan dan menguatkan jaringan pengusaha Pemuda Muhammadiyah.
7.      Mendorong kader Pemuda Muhammadiyah untuk berani, mampu dan menjadi contoh pemuda mandiri yang mampu menciptakan lapangan kerja baru.
8.      Melakukan upaya-upaya agar tercipta Badan Usaha Ekonomi yang nyata di tingkat wilayah, daerah dan cabang, sebagai sarana penggalian dana dan upaya peningkatan ekonomi kader.
h.      Program Kerja Bidang Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga
1.      Mengadakan kajian dan memberi solusi pemikiran terhadap berbagai isu aktual dan kebijakan pemerintah yang menyangkut kehidupan rakyat banyak.
2.      Membangun sitaturahim yang berkelanjutan antara Pemuda Muhammadiyah dengan intitusi legislatif, eksekutif, yudikatif, ormas dan LSM sebagai upaya menyamakan visi, misi mengawal reformasi pembangunan di segala bidang.
3.      Mensinergikan seluruh potensi kader profesional Pemuda Muhammadiyah, seperti politisi,birokrat, pengusaha dan intelektual untukmengemban misi pencerahan bangsa.
4.      Membentuk posko-posko gerakan anti korupsi dan penyalahgunaan jabatan (abuse of power) dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih (good governance).
5.      Meningkatkan kepekaan kader Pemuda Muhammadiyahterhadap persoalan-persoalan pembangunan dan politik lokal, dalam rangka melakukan social control sekaligus sebagai social support terhadap seluruh proses pembangunan nasional di segala bidang.
6.       Membangun kekuatan Pemuda Muhammadiyah yang berperan sebagai tenda besar bagi pemuda Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya dalam rangka mengemban misi kerahmatan.
7.      Membangun jaringan dengan berbagai elemen masyarakat pada semua tingkatan dalam rangka mendukung tercapainya tujuan Pemuda Muhammadiyah.
8.      Membentuk dan mengembangkan simpul-simpul aksi kepedulian terhadap berbagai persoalan umat menuju kearah kesejahteraan bersama.
9.      Menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga datam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya kader Pemuda Muhammadiyah baik dalam bidang IPTEK maupun organisasi.
10.  Proaktif membangun dan mengembangkan solidaritas umat dan manusia terhadap berbagai persoalan regional dan nasional yang menyangkut ketidakadilan, HAM dan kemanusiaan atau SARA.
i.        Program Kerja Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Olah Raga
1.      Mengembangkan apresiasi kesenian, kesusastraan dan obyek pariwisata untuk memperhalus budi dan memanfaatkannya sebagai media da'wah.
2.      Melaksanakan da'wah kultural dengan memanfaatkan budaya daerah setelah mengisi dengan nilai-nilai Islam sehingga tidak bertentangan dengan ajaran tauhid.
3.      Melakukan rasionalisasi dan demitologisasi terhadap cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat sehingga menjadi cerita yang Islami dan bersih dari TBK (taglid, bid'ah dan khurafat).
4.      Mengadakan kerjasama dengan berbagai lembaga untuk membantu pementasan seni (drama, musik, dll.) maupun pertombaan olah raga metatui pertunjukan langsung atau lewat media massa sebagai wadah ekspresi diri dan sebagai media da'wah yang berciri Islam modern.
5.      Mengadakan kajian, seminar atau loka karya untuk membahas berbagai aspek dakwah yang mungkin untuk dilakukan metalui media kesenian dan olah raga.
j.        Program Kerja Bidang Hukum, HAM dan Advokasi Publik
1.      Melakukan pelatihan advokasi dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum dikalangan Pemuda Muhammadiyah baik masalah kepentingan publik maupun penegakan HAM.
2.      Melakukan kajian bidang hukum berdasar isu-isu nasional maupun regional.
3.      Memberikan kontribusi pemikiran kepada berbagai pihak untuk mendukung tegaknya supremasi hukum.
4.      Memberikan masukan kepada berbagai pihak agar terlaksananya social control dan check and balance antara rakyat dan penguasa, sehingga tegaknya hukum, bukan Negara kekuasaan.
5.      Melakukan upaya-upaya yang sinergi dengan rekan-rekan yang ada di birokrasi maupun legislative untuk melakukan pemantauan,pendampingan maupun pengusulan berbagai produk hukum yang sejalan dengan misi dakwah Pemuda Muhammadiyah.
k.      Program Kerja Bidang Hubungan Luar Negeri
1.      Melakukan kerjasama sesama Pemuda Asean dalam mengembangkan sitaturrahim berbagai usaha-usaba untuk mencapai kemajuan pemuda dalam berbagai bidang.
2.      Membangun kebersamaan diantara tokoh-tokoh Pemuda di dunia internasional, sehingga dapat mengembangkan potensi kader dalam arena internasional
3.      Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak datam rangka melakukan studi lanjut untuk berbagai jenjang, program study dan Negara tujuan.
4.      Menjembatani dialog peradaban dikalangan pemuda Internasional asal Negara-negara berbasis mayoritas penduduk muslim untuk mencermati isu-isu actual tentang pemikiran, gerakan dan pengembangan Islam masa depan.
5.      Bersikap pro-aktif dalam memberikan respon isu-isu actual Internasional, perkembangan dunia Islam dan melakukan upaya-upaya sosialisasi dengan berbagai lembaga internasional dalam rangka meningkatkan dakwah Islam di berbagai kalangan internasional.
6.      Melakukan kerja sama kajian, seminar ataupun kegiatan kemasyarakatan dengan berbagai donor luar negeri dengan menjamin independensi dan kebebasan berdakwah Islamiyah amar makruf nahi mungkar.
l.        Program Kerja Bidang KOKAM dan SAR
1.       Melakukan restrukturisasi posisi, peran serta, dan jati diri KOKAM/SAR Pemuda Muhammadiyah, khususnya berkaitan dengan berbagai pihak yang berkebutuhan dengan KOKAM/SAR.
2.      Melakukan sosialisasi, recruitment dan pelatihan intensif KOKAM/SAR dalam upaya meningkatkan kesadaran Pemuda Muhammadiyah dalam perjuangan bela Negara dan membantu masyarakat luas.
3.      Membangun jati diri KOKAM/SAR yang kokoh sehingga mampu menjadikan KOKAM/SAR sebagai media dakwah efektif bagi kalangan pemuda maupun pemudi sebagai bagian dari sistem perkaderan Pemuda Muhammadiyah yang komprehensif dan berkesinambungan.
4.      Melakukan kajian intensif bagi pengembangan pola organisasi, pembinaan dan pembiyaan KOKAM/SAR yang variatif, inovatif dan dapat dipertanggung jawabkan.
5.      Melakukan kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah atau non pemerintah untuk mempersiapkan KOKAM/SAR sebagai lembaga bantuan gerak cepat, tanggap darurat dan memiliki akselerasi tinggi dalam penanganan bencana, situasi kritis dan pengawatan.
m. Program Kerja Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup
1.      Mengembangkan program-program pemberdayaan untuk masyarakat yang perduli lingkungan dan kesehatan di masyarakat.
2.      Melakukan advokasi di bidang lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat.
3.      Mensinergikan kegiatan bantuan kesehatan dengan dakwah.
4.      Mendorong kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup.
5.      Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengoptimalisasikan peran serta dalam bidang lingkungan hidup, kesehatan dan kesegaran jasmani masyarakat luas.
2.5. Ikatan pelajar muhammadiyah
Pada tahun 1960 pimpinan pusat muhammadiyah dalam konferensi pemuda muhammadiyah tanggal 23-25 Muharram 1330 H/18-20 Juli 1960 M di Jakarta. Pimpinan  Pusat Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Pengajaran menyarankan konfrensi untuk membentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) pada tanggal 4 Safar 1381 H/18 Juli 1961 M (Surakarta).Perkembangan IPM akhirnya bisa memperluas jaringan sehingga bisa menjangkau seluruh sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di Indonesia. Pimpinan IPM (tingkat ranting) didirikan di setiap sekolah Muhammadiyah. Berdirinya Pimpinan IPM di sekolah-sekolah Muhammadiyah ini akhirnya menimbulkan kontradiksi dengan kebijakan pemerintah Orde Baru dalam UU Keormasan, bahwa satu-satunya organisasi siswa di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia hanyalah Organisasi Siswa Intra-Sekolah (OSIS). Sementara di sekolah-sekolah Muhammadiyah juga terdapat organisasi pelajar Muhammadiyah, yaitu IPM. Dengan demikian, ada dualisme organisasi pelajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Bahkan pada Konferensi Pimpinan Wilayah IPM tahun 1992 di Yogyakarta, Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu (Akbar Tanjung) secara khusus dan implisit menyampaikan kebijakan pemerintah kepada IPM, agar IPM melakukan penyesuaian dengan kebijakan pemerintah.

Dalam situasi kontra-produktif tersebut, akhirnya Pimpinan Pusat IPM membentuk team eksistensi yang bertugas secara khusus menyelesaikan permasalahan ini. Setelah dilakukan pengkajian yang intensif, team eksistensi ini merekomendasikan perubahan nama dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke Ikatan Remaja Muhammadiyah. Perubahan ini bisa jadi merupakan sebuah peristiwa yang tragis dalam sejarah organisasi, karena perubahannya mengandung unsur-unsur kooptasi dari pemerintah.Bahkan ada yang menganggap bahwa IPM tidak memiliki jiwa heroisme sebagaimana yang dimiliki oleh PII yang tetap tidak mau mengakui Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasinya.
Namun sesungguhnya perubahan nama tersebut merupakan blessing in disguise (rahmat tersembunyi). Perubahan nama dari IPM ke IRM sebenarnya semakin memperluas jaringan dan jangkauan organisasi ini yang tidak hanya menjangkau pelajar, tetapi juga berbasis remaja yang lain, seperti santri, anak jalanan, dan lain-lain. Keputusan pergantian nama ini tertuang dalam Surat Keputusan Pimpinan Pusat IPM Nomor VI/PP.IPM/1992, yang selanjutnya disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1992 melalui Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muham-madiyah Nomor 53/SK-PP/IV.B/1.b/1992 tentang pergantian nama Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah. Dengan demikian, secara resmi perubahan IPM menjadi IRM adalah sejak tanggal 18 Nopember 1992.
kemudian, Pimpinan Pusat IRM mengadakan konsolidasi internal dengan seluruh Pimpinan Wilayah IRM se-Indonesia di jakarta , juli 2007, untuk membicarakan tentang SK nomenklatur. Pada kesempatan itu, hadir PP Muhammadiyah untuk menjelaskan perihal SK tersebut. Pada akhir sidang, setelah melalui proses dialektika yang cukup panjang, forum memutuskan bahwa IRM akan berganti nama menjadi IPM, tetapi perubahan nama itu secara resmi terjadi pada muktamar XVI IRM 2008 di Solo. Konsolidasi gerakan diperkuat lagi pada konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwi) IRM di Makasar, 26-29 Januari 2008 untuk menata konstitusi baru IPM. Maka dari itu, nama IPM disyahkan secara resmi pada tanggal 14 Dzulqaidah 1432 H/28 Oktober 2008 M di Solo.
Maksud dan Tujuan IPM “Terbentuknya pelajar muslim yang berakhlaq mulia,berilmu dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya
Semboyan IPM “Nuun Walqolami Wamaa Yathurun” artinya demi qolam (pena) dan apa yang mereka tulis (Q.S 68 : 1/Al Qolam)

2.6. Ikatan mahamasiswa muhammadiyah
 Sejarah IMM
Kelahiran IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah, dan juga bisa dianggap sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah untuk memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan. Yang melatar belakangi kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yaitu faktor internal Muhammadiyah dan eksternal yaitu kondisi dinamika organisasi - organisasi mahasiswa saat itu.
Kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keha-rusan sejarah. Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lain ialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990: 102) :
  1. Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal, serta adanya ancaman komunisme di Indonesia
  2. Terpecah-belahnya umat Islam dalam bentuk saling curiga dan fitnah, serta kehidupan politik ummat Islam yang semakin buruk
  3. Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis
  4. Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialisme-individualisme
  5. Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama dalam kampus, serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler
  6. Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
  7. Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkan ke-syirik-an, serta semakin meningkatnya misionaris-Kristenisasi
  8. Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk
Muhammadiyah adalah organisasi kemasyarakatan yang bersentuhan dengan mahasiswa untuk merealisaasikan hal tersebut. Maka Muhammadiyah mencoba membuat wadah khusus untuk mengembangkan potensi para pemuda/mahasiswa. Menanggapi pentingnya wadah bagi para pemuda/mahasiswa dicetuskanlah pada muktamar Muhammadiyah ke-25 (Kongres Seperempat Abad Kelahiran Muhammadiyah) pada tahun 1936 bertempat di Jakarta. Pada saat itu dicetuskan cita-cita besar Muhammadiyah belum mempunyai Universitas dan perguruan tinggi sendiri.
Maksud dan Tujuan IMM
Adapun maksud didirikannya IMM adalah :
  1. Turut berperan dan memelihara martabat dan membela kejayan bangsa
  2. Menjunjungtinggi dan Menegakan agama islam
  3. Sebagai upaya untuk menopang, melangsungkan, meneruskan cita – cita pendirian Muhammadiyah.
  4. Sebagai,pelopor, pelansung, penjaga dan penyempurna cita – cita pembaharuan dan amal usaha Muhammadiyah.
  5. Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan Bangsa, umat dan Persyarikatan.
Tujuan IMM adalah Mengusahakan terbentuknya akedemisi muslim yang berahlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
2.7.Tapak suci
a.Sejarah tapak suci putera muhammadiyah
TRADISI PENCAK SILAT sudah berurat-berakar dikalangan masyarakat Indonesia sejak lama. Sebagaimana seni beladiri di negara-negara lain, pencak sitat yang merupakan seni beladiri khas Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang dikembangkan untuk mewujudkan identitas. Demikian pula bahwa seni beladiri pencak silat di Indonesia juga beragam dan memiliki ciri khas masing-masing.
Tapak Suci sebagai salah satu varian seni beladiri pencak silat juga memiliki ciri khas yang bias menunjukkan identitas yang kuat. Ciri khas tersebut dikembangkan metalui proses panjang dalam akar sejarah yang dilatuinya.
Berawal dari atiran pencak sitat Banjaran di Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun 1872, atiran ini kemudian berkembang menjadi perguruan seni bela diri di Kauman Yogyakarta karena perpindahan guru (pendekarnya), yaitu KH. Busyro Syuhada, akibat gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga ia menjadi sasaran penangkapan yang dilakukan rezim colonial Belanda. Di Kauman inilah pendekar KH.Busyro Syuhada mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup mewarisi keahliannya dalam seni pencak silat.
Perguruan seni pencak sitat ini didirikan pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan cik auman yang dipimpin langsung oleh Pendekar M.A Wahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua orang murid yang tangguh dari KH. Busyro Syuhada. Perguruan ini memiliki  andasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik (menyekutukan Tuhan) dan mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa.  Perguruan Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan cabang perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930.
Perkembangan kedua perguruan ini semakin hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang cukup banyak.Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota Laskar Angkatan Perang Sabil (APS) untuk melawan penjajah, dan banyak yang gugur dalam perlawanan bersenjata. Lahirnya pendekar-pendekar muda basil didikan perguruanCikaumandan  Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruan- perguruan baru, yang di antaranya ialah Perguruan Kasegu pada tahun 1951. Atas desakan murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah inisiatif untuk menggabungkan semua perguruan sitat yang sealiran dimulai.Pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat, namun mendapatkan tentangan dari para ulama Kauman dan para pendekar tua yang merasa terlangkahi. Dengan pendekatan yang intensif dan dengan pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik yang dimiliki ummat Islam menghadapi kekuatan komunis yang melakukan provokasi terhadap ummat Islam, maka gagasan untuk menyatukan kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke datam satu kekuatan perguruandimulai.Seluruhperangkat organisasional dipersiapkan, dan akhirnya disepakati untuk menggabungkan kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke datam satu kekuatan perguruan, yaitu mendirikan Perguruan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1960 yang merupakan keberlanjutan sejarah dari perguruan-perguruan sebelumnya.
 Pada perkembangan selanjutnya, Perguruan Tapak Suci yang berkedudukan di Yogyakarta akhirnya berkembang di Yogyakarta dan daerah- daerah lainnya. Setelah meletusnya pemberontakan  G30 S/PKI, pada tahun 1966 diselenggarakan  Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh  para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah  berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara  nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikem-bangkan  lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Dan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah, karena Tapak Suci Putera Muhammadiyah juga mampu dijadikan wadah pengkaderan Muhammadiyah.
b.      Prinsip dasar organisasi
Tapak Suci Putera Muhammadiyah adalah organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah yang beraqidah Islam, bersumber pada Al-Qur'an dan As-sunnah, berjiwa persaudaraan, dan merupakan perkumputan dan perguruan seni bela diri. Maksud dan tujuan Tapak Suci adatah sebagaiberikut:
1.Mendidik serta membina ketangkasan dan ketrampilan pencak sitat sebagai seni     beladiri Indonesia.
2.Memelihara kemurnian pencak sitat sebagai seni beladiri Indonesia yang sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran Islam sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral.
3.Mendidik dan membina anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah.
4.Metalui seni beladiri menggembirakan dan mengamalkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dalam usaha mempertinggi ketahanan Nasional.
Pencapaian maksud dan tujuan Tapak Suci tersebut dilakukan dengan upaya-upaya berikut:
1. Memperteguh iman, menggembirakan dan memperkuat ibadah serta mempertinggi akhlaq yang mulia sesuai dengan ajaran Islam.
2. Menyelenggarakan pembinaan dan pendidikan untuk melahirkan Kader Muhammadiyah.
3. Menyelenggarakan pembinaan seni Beladiri Indonesia.
4. Mengadakan penggalian dan penelitian limu Seni Beladiri untuk meningkatkan dan mengembangkan kemajuan Seni Beladiri Indonesia.
5.Aktif datam lebaga olahraga dan seni baik yang diadakan oleh Pemerintah maupun swasta yang tidak menyimpang dari maksud dan tujuan Tapak Suci.
6. Menggembirakan penyelenggaraan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar sesuai dengan proporsi seni beladiri.
7. Menyelenggarakan pertandingan dan tomba serta pertemuanuntuk memperluas pengalaman dan persaudaraan.
8. Menyelenggarakan usaha lain yang dapat mewujudkan tercapainya meksud dan tujuan.

c. stuktur organisasi tapak suci
Susunan organisasi Tapak Suci dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang.Pimpinan Pusat Tapak Suci adatah pimpinan tertinggi yang melaksanakan kepemimpinan dan bertanggung jawab keluar dan ke dalam. Pimpinan Wilayah Tapak Suci berkedudukan di ibu kota propinsi/daerah tingkat I, bertindak sebagai Pimpinan Wilayah sekaligus Komisaris Pimpinan Pusat yang melaksanakan koordinasi administrasi dan operasional daerah. Pimpinan Daerah Tapak Suci berkedudukan di setiap kabupaten/kota administrasi sebagai pelaksana administrasi dan bertindak secara operasional. Untuk melancarkan tugas operasional, Pimpinan Daerah dapat  mendirikan cabang Tapak Suci di daerahnya. Pimpinan Pusat juga dapat membentuk Perwakilan Wilayah di luar negeri sebagai pelaksana administrasi dan bertindak secara operasional.
Keanggotaan Tapak Suci terdiri dari siswa, anggota penuh, dan anggota kehormatan. Yang dapat diterima menjadi Siswa Tapak Suci adalah anak-anak, remaja, dewasa putra-putri beragama Islam yang menyetujui anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Tapak Suci serta telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Anggota Penuh Tapak Suci terdiri dari Kader, Pendekar dan Pimpinan Tapak Suci yang telah memenuhi persyaratan keanggotaan yang diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga. Sedangkan anggota kehormatan Tapak Suci adalah orang yang karena jabatannya, kedudukannya dan atau keahliannya telah diangkat oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci dengan surat ketetapan.
d.garis garis besar program tapak suci
Secara garis besar, program-program yang dilaksanakan oleh Tapak Suci Putera Muhammadiyah ialah sebagai berikut:
1. Bidang Kependekaran dan Keilmuan
a. Mengadakan Diktat Kepemimpinan Pendekar untuk meningkatkan kulaitas, disiplin dan pemahaman nilai-nilai Tapak Suci sebagai Organisasi Kader Muhammadiyah yang sebenar-benarnya dibawah bimbingan Majetis Pendidikan Kader.
b.Membakukan dan membukukan Pendekar  Tapak Suci.
c. Menyusun materi pendidikan dan pelatihan  Tapak Suci
d. Menyusun dan membakukan keilmuan TapakSuci yang Islami dibawah bimbingan Majetis Tarjih, untuk kurikulum pendidikan kader yang
terdiri dari:
- Pencak silat Olahraga Kesehatan;
- Pencak Silat Olahraga Prestasi
- Pencaksilat Seni Prestasi
- Pencak Silat Beladiri
e. Menyusun materi dan pembakuan kurikulum pendidikan AIK.
f.Memasyarakatkan peraturan untuk peraturan  pertandingan Pencak Silat Olah Raga dan  Peraturan Perlombaan Pencak Silat Seni. 
2. Bidang Pembinaan Organisasi dan Kader
a. Meningkatkan kualitas dan disiplin serta  pemahaman dan penghayatan anggota akan  nilai-nilai Tapak Suci sebagai Organisasi Kader  Muhammadiyah dan meneliti dengan lebih  selektif penerimaan anggota dengan  memperhatikan itikat baik serta kemampuan  memenuhi kewajiban terhadap organisasi berupa amal nyata.
b.  Tertib administrasi keanggotaan Muham madiyah dengan mendaftar kepada PP  Muhammadiyah untuk mendapatkan Kartu  Tanda Anggota Muhammadiyah.
c.  Tertib administrasi keanggotaan Tapak Suci bagi siswa dengan mendaftar kepada Pimpinan  Daerah Tapak Suci untuk mendapatkan kartu  tanda siswa Tapak Suci d.Tertib administrasi bagi Kader dan Pendekar  dengan mendaftar kepada PP Tapak Suci untuk mendapatkan Kartu Tanda Anggota Tapak Suci e.Untuk ketegasan identitas diwajibkan kepada anggta dan pimpinan mencantumkan NBTS dan NBM dalam semua bentuk kegitan administrasi.
f.Mengintensifkan penyelenggaraan pembinaan, pengkajian dan penataran kemuhammadiyahan, ketapaksucian datam usaha membina anggota kemampuan sebagai pemikir dan pelaku gerakan.
g. Meningkatkan fungsi organisasi sebagai factor  pengembangan, dinamika dan kaderisasi yang  mendapat tempat pengembangan yang terarah  dan terencana oleh pimpinan persyarikatan.
h. Meningkatkan hubungan antar organisai  ortonom, meningkatkan hubungan dialogis dan  demokratis antara ortom dengan pimpinan  persyarikatan.
i. Menentukan dan melaksanakan tindakan admisistrasi terhadap anggota yang tidak memenuhi tanggungjawab dan kewajiban, terutama terhadap anggota yang merugikan  nama baik serta perjuangan Tapak Suci.
3. Bidang Pembinaan Prestasi
a. Menerapkan hasil pembakuan dalam hal :
-Peraturan pedoman Pencak Silat Olahraga.
-Peraturan oerlombaan Pencak Silat
b. Melaksanakan kejuaraan-kejuaraan antar-Perguruan Tinggi metalui:
-  Kejuaraan Nasional Pencak Silat Olah-ragadan seni Tingkat Dewasa
-  Kejuaraan Nasional Pencak Silat Olah-ragadan Seni unuk Tingkat Remaja.
c. . Melaksanakan Kejuaraan-Kejuaraan antarperguruan Tinggi metalui, kejuaraan PencakSilat Olahraga dan Seni Antar Perguruan Tinggi
d. Menjadikan even-even IPSI untuk mendata danmengukur Prestasi Tapak Suci tingkatCabang,Daerah, Nasional maupun Internasional.
4. Bidang Pengembangan Organisasi
a. Menertibkan pendaftaran utang pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah Tapak Suci Putera Muhammadiyah dari seluruh Indonesia, dengan ketentuan personit Pimpinan adalah Anggaran Tapak Suci aktif dan Anggaran Muhammadiyah.
b. Memantapkan dan meningkatkan potensi cabang sebagai tempat pembinaan anggota untuk membimbing kehidupan jama'ah dan pelaksanaan dakwah jama'ah dalam lingkungan.
c. Memantapkan dan meningkatkan potensi Daerah sebagai wadah dan pendayagunaan organisasi dalam penyelenggaraan amal usaha Tapak Suci serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan anggota datam metaksanakan kewajuban terhadap organisasi.
d.  Berpartisipasi aktif dan ikut mengembangkan alternatif kegiatan bagi mahasiswa di lingkungan kampus terutama dalam upaya pengembangan kader intelektual muslim,  mendudukan keberadaan perguruan Tapak Suci di lingkungan perguruan Tinggi dan Pondok  Pesantren setingkat unit Perguruan Tapak Suci  dengan peraturan khusus. Mendudukkan  perguruan Tapak Suci di Perguruan Tinggi dan  Pondok Pesantren Muhammadiyah sebagai unit  dan keberadaan di bawah kondisi Pimpinan  Wilayah dan operasionalnya di bawah  koordinasi pimpinan Daerah.
 e. Untuk mengembangkan perguruan Tapak Suci  Putera Muhammadiyah ke luar negeri secara  aktif dan terencana.
 f. Mempublikasikan secara luas keberadaan dan  kegiatan Tapak Suci.
 g. Menerbitkan kembali majalah FORUM dalam  Kalender Tapak Suci.
 h. Mendirikan Perpustakaan Tapak Suci untuk  menyimpan benda-benda bersejarah, dll. 
5. Bidang Pembinaan dan Pendidikan
  a.Pendidikan dan pelatihan Siswa Tapak Suci dengan mematuhi peraturan pendidikan untuk setiap kali pendidikan dan latihan.
-1 (satu) jam untuk pendidikan Al-Islam dan   ke-Muhammadiyah-an
-2 (dua) jam untuk latihan Pencak Silat
b. Mengoperasiolkan tuntutan Pembinaan dan Pendidikan LKPTS.
c.  Mengoperasionalkan kurikulum Pendidikan Kader Tapak Suci yang terdiri dari,
- Pencak Silat Olahraga Kesehatan Untuk   Kader Muda.
- Pencak Silat Olahraga Prestasi untuk Kader  Madya.
- Pencak Silat Seni untuk Kader Kepala
- Pencak Silat Beladiri untuk Kader Utama.
- Mengoperasionalkan Tuntutan Pembinaan  khusus Al-Islam & Kemuhammadiyahan   untuk Siswa dan Kader.
d. Mengintensifkan Pendidikan&Latihan Tapak Suci
- Sekolah-sekolah Muhammadiyah
- Perguruan Tinggi
- Pondok Pesantren
e. Memberikan kesempatan dan mencari kesempatan untuk menjalin pendidikan dan latihan Tapak Suci untuk:
  - Pimpinan Muhammadiyah semua tingkat pimpinan
  - Pimpinan tingkat ortom Muhammadiyah semua tingkat Pimpinan
  - Pimpinan amal usah Muhammadiyah
 6. Bidang Penelitian dan Pengkajian
a. Menggalakkan Penelitian dan Pengkajian terhadap kegiatan Oganisasi
b. Mengintensifkanpengkajian  tentang
perkembangan keilmuan pencak sitat Tapak Suci.
 c.Menyelenggarakan forum-forum ilmiah secara rutin dengan mengundang para ahti, terutama dari keluarga Muhammadiyah.
d. Menghimpun laporan dari semua tingkat Pimpinan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. 
7. Bidang Pendayaan Sumberdaya
   a. Mengintensifkan pengumpulan dana dari,
- luran Siswa
- Infaq anggota
- Administrasi Ujian Siswa dan Anggota
- SWO dari semua tingkat pimpinan
- Dana pembinaan dari persyarikatan
b.Menghimpun dana dari Umat yang berupa,
 -Zakat, Infaq.
- Sumbangan yang tidak mengikat  
c.Berusaha untuk:
 -Membentuk   badan usaha yang  menguntungkan.
 -Membentuk koperasi Anggota untuk semua  tingkat pimpinan
 -Menyediakan tempatdan mengelola  tempat-tempat pembinaan
 - Memupuk kerja sama dalam bidang  pengembangan usaha disemua tingkat.
d. Mendayagunakan keberadaan Anggota Tapak  Suci untuk menunjang kegiatan organisasi.
e. Mendayagunakan Pencak Silat sebagai sarana  dakwah amar ma'ruf nahi munkar.
2.9. Hizbul wathon
a.      Sejarah hizbul wathon
Bermula dari perjalanan dakwah yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan ke Surakarta pada tahun 1920, berdirinya Hizbut Wathan merupakan inovasi terbuka dan kreatif untuk membina anak- anak muda dalam keagamaan dan pendidikan mereka. Ketika melewati alun-alun Mangkunegaran, Kiai Dahlan melihat anak-anak muda berseragam ( para anggota Javaannsche Padvinder Organisatie ), berbaris rapi, dan metakukan berbagai kegiatan yang menarik. Mereka kelihatan tegap dan disiplin. Sekembalinya di Yogyakarta, Kiai Dahlan memangit beberapa guru Muhammadiyah untuk membahas metodologi baru dalam pembinaan anak-anak muda Muhammadiyah, baik di sekolah-sekolahmaupun di masyarakat umum. Kiai Dahlan mengungkapkan bahwa alangkah baiknya kalau Muhammadiyah mendirikan padvinder untuk mendidik anak-anak mudanya agar memiliki badan yang sehat serta jiwa yang luhur untuk mengabdi kepada Allah.
Metode padvinder diambil sebagai metode pendidikan anak muda Muhammadiyah di luar sekolah. Hal ini sangat bermanfaat bagi metode pendidikan dan dakwah yang dilakukan Muhammadiyah, yang semuanya merupakan tindakan strategis yang sangat erat dengan masa depan Islam, pembaharuan masyarakat dan bangsa, serta kecepatan penyebaran gagasan-gagasan pembaharuan dan da'wah Islam.
Gagasan Kiai A. Dahlan tersebut kemudian dikembangkan lagi, setelah diadakan pembahasan oleh beberapa orang yang dipelopori oleh Soemodirdjo, dengan mendirikan Padvinder Muhammadiyah yang terbentuk pada tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49, lihat juga Almanak 1357 H: 226-227) yang diberi nama nama Hizbut Wathan. Namun ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa Hizbut Wathan berdiri pada tahun 1919.
Aktivitas-aktivitas kepanduan di lingkungan Muhammadiyah segera dimulai.Syarbini, seorang bekas anggota militer Belanda dan bekas order office, mengadakan latihan berbaris dan berolahraga setiap hari Ahad sore di halaman Sekolah Muhammadiyah Suronatan.Kian hari kian bertambah pengikutnya, tidak lagi terbatas pada guru saja, juga banyak para pemuda Kauman yang ikut berlatih.Yang sangat menarik perhatian masyarakat ialah adanya barisan Padvinder Muhammadiyah yang tegap, disiplin, dan rapi, yang merupakan hal yang sangat menarik bagi masyarakat saat itu. Semboyan Hizbut Wathan pada waktu itu ialah setia kepada util amri; sungguh berhajat akan menjadi orang utama; tahu akan sopan santun dan tidak akan membesarkan diri; boleh dipercaya; bermuka manis; hemat dan cermat; penyayang; suka pada sekalian kerukunan; tangkas, pemberani, tahan, serta terpercaya; kuat pikiran menerjang segata kebenaran; ringan menolong dan rajin akan
kewajiban; menetapi akan undang-undang Hizbul Wathan (Almanak Muham-madiyah, 1924: 50). Dari semboyan (kewajiban) Hizbut Wathan ini dapat diketahui semangat, cita-cita dan karakter yangakan  itanamkan pada setiap anggota pandu Hizbut Wathan. Semboyan itu kemudian menjadi Undang- Undang Hizbul Wathan, dan selalu diucapkan pada setiap latihan dan upacara, sehingga meresap dalam  kesadaran setiap anggota Hizbut Wathan, yang pada akhirnya akan membentuk karakter dan  kepribadian setiap anggota pandu Hizbut Wathan.
Pada perkembangan selanjutnya, Hizbul Wathan banyak mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat umum dan kepanduan lain. Di Solo, Hizbut Wathan mendapat tanggapan hangat dari Javaannsche Padvinder Organisatie. H izbut Wathan juga banyak terlibat dalam berbagai aktivitas di masyarakat umum, sehingga Hizbut Wathan akhirnya cepat dikenal di tengah masyarakat.
Dalam berbagai moment, seperti penghormatan atas pengiringan Sultan Hamengkubuwono Vll yang pindah dari Keraton ke Amburukmo, Hizbut Wathan banyak mengambil peran dalam prosesi tersebut.Dalam setiap kongres yang diselenggarakan Muhammadiyah dan Aisiyah, Hizbut Wathan selalu siap untuk membantu menyelenggarakan, menjaga keamanan, menyemarakkan dengan barisan tambur dan terompetnya. Demikian pula di setiap hari besar Islam dan hari besar nasional, Hizbut Wathan selalu tampil dalam barisan 'elite' yang dengan gagah dan tegap berada di tengah-tengah barisan organisasi kemasyarakatan yang lain. Juga, tidak jarang Hizbut Wathan tampil dalam berbagai upacara jumenengan  Sri Sultan Hamengkubuono Vill. Di situ Hizbut Wathan tampil dengan barisan tambur dan terompetnya yang dipimpin langsung oleh KHA.Dahlan.
Hizbut Wathan juga sering tampil senciri dengan acara dan kegiatan yang menarik dan menjadi perhatian masyarakat.Pada giliranya banyak warga masyarakat, khususnya anak-anak dan generasi mudanya tertarik untuk menjadi anggota Hizbul Wathan. Tidak sedikit dengan golongan yang dulu tidak senang dengan Muhammadiyah tertari kepada Hizbut Wathan-nya, bahkan dari kalangan kaum'abangan' pun tidak sedikit yang memasukan anak-anaknya kedalam pandu Hizbut Wathan.Pesatnya kemajuan Hizbut Wathan rupanya mendapat perhatian pihak NIPV, yaitu perkumpulan padvinder Hindia Belanda yang merupakan cabang dari padvinderij di negeri Belanda (NPV). Pada saat itu, gerakan padvinderij Hindia Belanda (Indonesia) yang dapat pengakuan internasional adalah yang bergabung dalam NIPV tersebut yang merupakan perwakilan NPV.Pimpinan NIPV datang ke Yogyakarta untuk mengajak Hizbut Wathan bergabung ke dalam organisasi NIPV. Usaha-usaha Comissaris NIPVReneff) tiada hentinya untuk mengajak Hizbut Wathan menjadi anggota NIPV, sehingga ketika Kongres Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, mereka mengambil inisiatif mengikuti Hizbut Wathan dalam Kongres Muhammadiyah dari awal sampai akhir. Pertemuan dilanjutkan lagi di Yogyakarta oleh wakil NIPV untuk mengajak Hizbut Wathan masuk kedalam organisasi NIPV, tetapi Hizbul Wathan tetap ingin mempertahankan kedaulatannya, tidak mau menerima tawaran dari Reneff (wakil NIPV) tersebut,  arena Hizbul Wathan mempunyai prinsip-prinsip tersendiri.
Kepanduan HW dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi wadah pendidikan bagi generasi muda muhammadiyah yang berhasil, sekaligus menjadi sarana da'wah yang ampuh.Banyak anak- anak muda yang tertarik memasuki kepanduan Hizbul Wathan.Mereka merasakan banyak mendapatkan manfaat dan keuntungan menjadi pandu Hizbul Wathan.Tidak sedikit pemuda- pemuda anggota pandu Hizbut Wathan menjadi orang yang percaya diri dan memiliki keperibadian yang baik (memiliki akhlak utama, luhur budi pekertinya, beriman serta bertaqwa kepada Allah) serta menjadi warga masyarakat yang berguna.
Kepanduan Hizbut Wathan melahirkan orang- orang yang kemudian tidak hanya menjadi tokoh Muhammadiyah, tetapi juga menjadi tokoh nasional, seperti Soedirman (Panglima Besar TNI/Bapak TNI), Soedirman Bojonegoro (Mantan Pangdam Brawijaya), Syarbini (Mantan Pangdam Diponogoro/Menteri Veteran), M. Amien Rais (Ketua MPR), Soeharto (mantan Presiden RI II), Daryadmo (Mantan Ketua MPR), Feisal Tanjung (mantan Menko Polkam), Hari Sabarno (Wakil Ketua MPR), dan lain-lain.
Pertumbuhan Muhammadiyah di masa awal tidak dapat dilepaskan dari peranan HW yang selalu menjadi pelopor dalam setiap perintisan berdirinya Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Sebelum Muhammadiyah berdiri di suatu daerah, biasanya lebih dahulu telah berdiri HW.Oleh karena itu, dari HW ini kemudian lahir pemimpin, da'i, dan mubaligh yang ulet, percaya diri, dan disiplin, serta mereka menjadi penggerak Muhammadiyah. Hizbut Wathan diakui sebagai wadah untuk mendidik generasi muda menjadi generasi muda yang disiplin, jujur, berani,mandiri, dan terampil dan berjiwa perwira sebagaimana ditanamkan datam kesadaran setiap anggota Hizbut Wathan metalui perjanjian Hizbul Wathan dan Undang-undang Hizbul Wathan.
Perjalanan Hizbut Wathan terpotong oleh rasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 1960 bahwa seluruh organisasi kepanduan harus melebur ke dalam pramuka.Dengan demikian, perjalanan sejarah pandu Hizbul Wathan menjadi terhenti.Geliat untuk bangkit kembali muncul setelah datangnya gelombang reformasi, yaitu keinginan untuk metahirkan kembali gerakan kepanduan Hizbul Wathan.Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bandung pada tahun 2000 akhirnya diputuskan bahwa gerakan kepanduan Hizbut Wathan dilahirkan kembali sebagai organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah.
PRINSIP DASAR ORGANISASI
 Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang pendidikan kepanduan putra maupun putri, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumberkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah dengan jalan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam lewat jalur pendidikan kepanduan.
 Pencapaian maksud dan tujuan HW dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut:
1.Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan muda putra ataupun putri menurut ajaran Islam.
2.Mendidik angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia muslim yang berakhlak mulia, berbudi luhur sehat jasmani dan rohani.
3.Mendidik angkatan muda putra dan putrid menjadi generasi yang taat beragama, berorganisasi, cerdas dan trampil.
4.Mendidik generasi muda putra dan putri gemar beramal, amar makruf nahi munkar dan berlomba dalam kebajikan.
5. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran, kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran agama Islam.
6.Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi kader pimpinan dan pelangsung amal usaha Muhammadiyah.
7. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa demokrasi serta ukhuwah sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
8.Melaksanakan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.
 STRUKTUR ORGANISASI HlZBUL WATHAN
 Susunan organisasi Hizbut Wathan dibuat secara  berjenjang dari tingkat Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah/Kota, dan Kwartir Cabang. Kwartir Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang lingkup nasional.Kwartir Wilayah adalah kesatuan kwartir-kwartir daerah dalam satu propinsi.Kwartir Daerah/Kota adalah kesatuan kesatuan kwartir-kwartir Cabang dalam satu daerah/kota.Sedangkan Kwartir Cabang adatah kesatuan golongan-golongan (tempat pelatihan).

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912, Muhammadiyah terus berkembang begitu pesatnya hingga kini. Hal tersebut bisa kita jumpai mulai dari berbagai kajian dari tingkat ranting hingga tingkat pusat, juga adanya berbagai amal usaha, lembaga-lembaga, ortom-ortom yang bernaung di bawah organisasi yang usianya hampir satu abad ini telah menyebar di seluruh pelosok tanah air.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH Ahmad Dahlan memilih nama Muhammadiyah  yang pada masa itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

3.2. Saran
        1.  Jangan dijadikan sebuah perbedaan menjadi sebuah pemecah, Allah SWT menciptakan semua     perbadaan dengan tujuan untuk saling melengkapi, bersatu dan mendukung.
2.         Muhammadiyah organisasi yang terbuka bahkan siap membangun bangsa dan negara,






















Daftar Pustaka


http://pcimlibya.wordpress.com/2009/05/15/mengenal-muhammadiyah-lebih-dekat/

Tidak ada komentar