KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Allah SWT. Yang mana atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Aismuh dengan
membahas “ortom muhammadiyah”. Yang
mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dalam penyusunan tugas makalah
ini,tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun saya menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,dorongan dan
bimbingan orang tua,sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga
materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan,khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,untuk itu
saran dan pendapat dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini akan kami terima dengan senang hati.
Akhir
kata,kami memohon maaf apabila pembaca menemukan kekurangan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini,dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya mahasiswa
keperawatan sebagai acuan pembelajaran mata kuliah aismuh semoga Allah SWT
selalu melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita semua.
Pontianak,19 oktober 2013
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang masalah. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . 1
1.2.Perumusan
masalah ………………………………………………….2
1.3.Tujuan
penulisan …………………………………………………….3
1.4.Metode
penulisan…………………………………………………….4
1.5.Sistematika
penulisan………………………………………………...5
BAB
II PEMBAHASAN……………………………………………………….4
2.1.
Definisi ortom muhammadiyah………………………………………4
2.2.
organisasi ortom dalam perserikatan muhammadiyah ………………5
2.3.
Aisyiyah……………………………………………………………...6
2.4.
nasyiatul aisyiyah…………………………………………………….7
2.5.
pemuda muhammadiyah……………………………………………...8
2.6.
ikatan pelajar muhammadiyah………………………………………..9
2.7
ikatan mahasiswa muhammadiyah……………………………………10
2.8.
tapak suci……………………………………………………………11
2.9.
Hizbul wathon……………………………………………………….12
BAB
III PENUTUP
3.1. kesimpulan
………………………………………………………….12
3.2.
saran …………………………………………………………………13
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………14
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang masalah
Islam adalah agama
yang sempurna yang mengatur manusia dalam segala aspeknya. Ajaran islam bukanya
hanya mengatur hubungan vertical manusia, tetapi juga hubungan horizontal
dengan sesamanya. Seiring perjalannya banyak sekali organisasi –
organisasi dengan wadah islam telah muncul dan berkembang begitu pula di negara
Indonesia sendiri. Salah satu Organisasi yang menjadi sorotan publik karena
perannya dalam pembangunan indonesia adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah
salah satu organisasi otonom terbesar di Indonesia. Peran Muhammadiyah tidaklah
kecil, sampai saat ini Muhammadiyah ikut serta dalam pembangunan perkembangan
Bangsa den negara baik melalui, pendidikan kesehatan dan sosial masyarakat
selain inti dalam keagamaan.
1.2.Perumusan
masalah
Organisasi apa saja
yang dibawah naungan Muhammadiyah ?
1.3. Tujuan
penulisan
Untuk
memenuhi tugas aismuh yang berupa makalah tentang ortom muhammadiyah . setelah
membaca isi dari makalah ortom mahammadiyah ini pembaca dapat memahami lebih
lanjut tentang organisasi yang ada di muhammadiyah.
1.4. Metode
penulisan
Makalah ini
di buat dengan metode penulisan study pustaka atau literatur. Dengan mengambil
beberapa sumber dari internet sebagai tambahan.
1.5. Sistematika
penulisan
Sistematika
pemulisan makalah ini terdiri dari 3 Bab utama, sebagai berikut,
Bab 1 berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan makalah ini.
Bab II merupakan bagian yang berisi
materi maupun pokok bahasan.
Bab III merupakan bagian penutup
yang berisi kesimpulan, saran, dan daftar pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi ortom muhammadiyah
Ortom sebagai sumber amunisi
bagi Muhammadiyah bagi ketersediaan tenaga kader
yang baru,
sehingga ortom tidak boleh berhenti mengkader orang-orang yang menjadi sasaran
pembinaannya, dan Muhammadiyah sebagai induk organisasi harus menbantu dan
menyiapkan sarana dan prasarana agar tugas-tugas pengkaderan tidak berhenti,
jangan hanya mau menerima hasil tapi tidak mau pusing terhadapa apa yang
dilakukan oleh Ortom.
Sebagai
pelopor dalam pegerakan Muhammadiyah, itu berarti ortom harus berada digarda
terdepan untuk mengawal organisasi Muhammadiyah dalam mengsukseskan program,
bahkan ia harus siap menjadi anak panah, yang siap ditembakkan kapan saja
diperlukan oleh Muhammadiyah.
Sebagai pelangsung, seharusnya tidak ada amal usaha Muhammadiyah yang
kandas ditengah jalan atau ketidak sampaian, karena ia harus tampil ke depana
membawa program Muhammadiyah sehingga berlangsung setiap masa, tidak malah
mereka yang mematikan amal atau program Muhammadiyah.
2.2. Organisasi Otonom
dalam Persyarikatan Muhammadiyah
Organisasi otonom
dalam Persyarikatan Muham-madiyah mempunyai karakteristik dan spesifikasi
bidang tertentu. Adapun Organisasi otonom dalam Persya-rikatan Muhammadiyah
yang sudah ada ialah sebagai berikut :
2.3.Aisyiyah (bergerak di kalangan wanita dan
ibu-ibu)
sejarah Aisyiyah
Aisyiyah tidak bisa dilepas kan kaitannya dari
akar sejarah. Spirit berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir
seluruh organisasi otonom yangada di uhammadiyah, termasuk Aisytyah. Sejak mendirikan
Muhammadiyah, Kiai Dahlan sangatmemperhatikan embinaan terhadap wanita.
Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididikmenjadi pemimpin, erta
dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam Muhammadiyah.
Di antara ereka yang dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti
Dawimah, Siti Dalalah, Siti- Busyro (putri beliau endiri), Siti
Dawingah, dan Siti Badilah Zuber.
Anak-anak perempuan itu (meskipun
usianya baru ekitar 15 tahun) sudah diajak memikirkan soal-soal
kemasyarakatan. Sebelum Aisyiyah secara kongkret terbentuk, sifat
gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok anak-anak perempuan
yang enang berkumpul, kemudian diberi bimbingan oleh KHA Dahlan dan
Nyai Ahmad Dahlan dengan elajaran agama. Kelompok anak- anak ini
belum merupakan suatu organisasi, tetapi kelompok anak-a nak ang diberi
pengajian.Pendidikan dan pembinaan terhadap wanita yang usianya sudah tua pun dilakukan
juga oleh Kiai Dahlan dan istrinya (Nyai Dahlan). Ajaran agama Islam tidak
memperkenankan mengabaikan wanita. Mengingat pentingnya peranan
wanita yang harus mendapatkan tempat yang layak, Kyai Dahlan
bersama-sama KHA. Dahlan mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya
terdiri para gadis-gadis dan orang-orang wanita yang sudah tua.Dalam
perkembangannya, kelompok pengajian wanita itu diberi nama Sapa Tresna.
Sapa Tresna belum merupakan organisasi,
hanya suatu gerakan pengajian saja. Oleh karena itu,untuk memberikan suatu nama
yang kongkrit menjadi suatu perkumpulan, K.H. Mokhtarmengadakan pertemuan
dengan KHA. Dahlan yang juga dihadiri oleh H. Fakhrudin dan Ki Bagus
Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan.
Awalnya iusulkan nama Fatimah, untuk orga- nisasi perkumpulan kaum
wanita Muhammadiyah itu, tetapi nama itu tidak diterima oleh rapat.
Haji Fakhrudin kemudian mengusulkan nama
Aisyiyah yang kemudian iterima oleh rapat tersebut. Nama Aisyiyah
dipandang lebih tepat bagi gerakan wanita ini karena didasari pertimbangan
bahwa perjuanganwanita yang akan digulirkan ini diharapkan dapat
meniru perjuangan Aisyah, isteri Nabi Muhammad, yang selalu membantu
Rasulullah dalam berdakwah. peresmian Aisyiyah dilaksanakan bersamaan
peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad pada tanggal 27 rajab 1335 H,
bertepatan 19 Mei 1917 M. Peringatan Isra' Mi'raj tersebut merupakan peringatan
yang diadakan Muhammadiyah untuk pertama kalinya. Selanjutnya, K.H.
Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan
jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh KHA.Dahlan.
Pesan Kiyai Dahlan
setelah kepengurusan Aisyiyah secara resmi terbentuk ialah sebagai berikut:
1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai
wanita Islam sesuai dengan bakat dan percakapannya, tidak
menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela.
2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan
kawan sekerja dan peperjuangan.
Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri, Aisyiyah merintis
pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama Frobel, yang merupakan Taman
Kanan-Kanak pertama kali yang didirikan oleh
bangsa Indonesia.
Selanjutnya Taman kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK Aisyiyah
Bustanul Athfal yang saat ini telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia.
Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi
salah satu pilar perjuangan Aisyiyah dicanangkan dengan mengadakan
pemberantasan buta huruf pertama kali, baik buta huruf arab maupun
latin pada tahun 1923. Dalam kegiatan ini para peserta yang terdiri
dari para gadis dan ibu- ibu rumah tangga belajar bersama dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan dan peningkatan partisipasi
perempuan dalam dunia publik. Selain itu, pada tahun 1926, Aisyiyah mulai
menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara Aisyiyah, yang awal
berdirinya menggunakan Bahasa Jawa. Melalui majalah
bulanan inilah Aisyiyah antara lain mengkomunikasikan semua program
dan kegiatannya termasuk konsolidasi internal organisasi.
Dalam
hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut
memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928.
Dalam hat ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain bangkit berjuang
untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan.
Badan federasi ini diberi nama Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang
menjadi KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha
dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan secara terpadu.
Aisyiyah berkembang semakin pesat dan
menemukan bentuknya sebagai organisasi wanita modern.Aisyiyah mengembangkan
berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan wanita.Diantara aktivitas
Aisyiyah ialah Siswa Praja Wanita bertugas membina dan mengembangkan puteri-
puteri di luar sekolah sebagai kader Aisyiyah.Pada Kongres Muhammadiyah ke-20
tahun 1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA). Di
samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah bertugas mengurusi
sekolah/ madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang mengurusi penyiaran agama
lewat pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan Wal'asri yang mengusahakan
beasiswa untuk siswa yang kurang mampu. Selain itu, Aisyiyah pada tahun 1935
juga mendirikan Urusan Adz-Dzakirat yang bertugas mencari dana untuk membangun
Gedung 'Aisyiyah dan modal mendirikan koperasi.
Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada
tahun 1939 mengalami titik kemajuan yang sangat pesat.Aisyiyah menambah Urusan
Pertolongan (PKU) yang bertugas menolong kesengsaraan umum.Oleh karena
sekolah-sekolah putri yang didirikan sudah semakin banyak, maka Urusan
Pengajaran pun didirikan di Aisyiyah.Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan
Biro Konsultasi Keluarga.Demikianlah, Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam
yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat
pada masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan kaum perempuan.
a.
Perkembangan Mutakhir
Amal Usaha Aisyiyah
Menjelang seabad gerakannya, Aisyiyah
saat ini telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah Aisyiyah (setingkat Propinsi), 370
Pimpinan Daerah Aisyiyah (setingkat kabupaten), 2.332 Pimpinan Cabang Aisyiyah
(setingkat Kecamatan) dan 6.924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat
Kelurahan).
Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal
usaha yang bergerak di berbagai bidang, yaitu: pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Amal usaha Aisyiyah
bidang pendidikan saat ini berjumlah 4.560, terdiri dari Kelompok Bermain,
Taman Pengasuhan Anak, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, dan Pendidikan Tinggi.
Sedangkan amal usaha bidang Kesehatan
berupa Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai
Pengobatan dan Posyandu secara keseluruhan berjumlah 280 yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai gerakan yang peduti terhadap
kesejahteraan sosial masyarakat, Aisyiyah hingga kini memiliki 459 amal usaha
seperti Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, lembaga Dana Santunan Sosial,
tim Pangrukti Jenazah dan Posyandu.
Aisyiyah berpendirian bahwa harkat
martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat tanpa peningkatan kemampuan
ekonominya. Oleh karena itu, Aisyiyah mengembangkan berbagai amal usaha
pemberdayaan ekonomi ini datam bentuk koperasi (termasuk koperasi simpan
pinjam), Baitul Mal wa Tamwil, toko/kios, Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah
(BUEKA), home industri, kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal usaha di
bidang ini mencapai 503 buah.
Aisyiyah
juga mengembangkan beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya
dalam bidang peningkatan kesadaran kehidupan bermasyarakat.Hingga saat ini amal
usaha yang mencakup pengajian, Qoryah Thayyibah, Kelompok Bimbingan Haji
(KBIH), badan zakat infaq dan shodaqoh serta musholla berjumlah 3.785.
b.
Identitas, Visi dan
Misi
Identitas
Aisyiyah, organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah,
merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang
berazaskan Islam serta bersumber pada Al-Quran dan Assunnah.
Visi ideal
Tegaknya agama Islam
dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Visi Pengembangan Tercapainya usaha-usaba Aisyiyah yang mengarah
pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi
mungkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, yakni masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.
Misi
Misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program
dan kegiatan meliputi:
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan
memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran
Islam dalam segala aspek kehidupan.
2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita
sesuai dengan ajaran Islam.
3. Meningkatkan
kualitas dan kuantitas pengkaian terhadap ajaran Islam.
4. Memperteguh iman,
memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi akhlak.
5. Meningkatkan
semangat ibadah, jihad zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, serta membangun
dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha yang lain.
6. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan
penyempurna gerakan Aisyiyah.
7. Meningkatkan
pendidikan, mengembangkan kebudayaan, mempertuas ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menggairahkan penelitian.
8. Memajukan
perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang
sosial, kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan
lingkungan hidup
10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan
kebenaran serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan
bangsa.
11. Meningkatkan
komunikasi,ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam
dan luar negeri.
12. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan
tujuan organisasi.
c. Jaringan Kerjasama Aisyiyah
Sejak berdiri, Aisyiyah telah menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak baik di dalam maupun di uar negeri.Pada masa
pergerakan nasional, kerjasama lebih ditujukan untuk menjalin semangat
persatuan untuk perjuangan melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu
penjajahan. Pada tahun 1928, Aisyiyah menjadi salah satu pelopor berdirinya badan
federasi organisasi wanita Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama Kongres
Wanita indonesia (KOWANI)
Beberapa lembaga baik pemerintah maupun non
pemerintah pernah menjadi mitra kerja Aisyiyah datam rangka
kepentingan sosial bersama, antara lain: Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK), Peningkatan Peranan Wanita untuk Keluarga
Sehat dan Sejahtera (P2WKSS), Dewan Nasional
Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Yayasan Sayab Ibu,
Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOlWI) dan
Majetis Ulama Indonesia (MUI).
Selain itu, Aisyiyah juga melakukan
kerjasama dengan lembaga dari luar negeri dalam
rangka kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi,
kampanye, seminar, workshop, melengkapi prasarana amal usaha, dan
lain-lain. Diantara lembaga dari luar negeri yang pernah
bekerjasama dengan Aisyiyah adalah: Oversea Education
Fund (OEF), Mobil Oil, The Pathfinder Fund,
UNICEF, UNESCO,WHO, John Hopkins University, USAID, AUSAID,
NOVIB, The New Century Foundation, The Asia Foundation, Regional
Islamicof South East Asia Pasific, World Conference of Religion and
Peace, UNFPA, UNDP, World Bank, Partnership
for Governance Reform in Indonesia, beberapa
kedutaan besar negara sahabat, dan lain-tain.
d.
Program Pemberdayaan Ekonomi Aisyiyah
Sebagai organisasi perempuan yang
bergerak datam bidang keagamaan dan
kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan
kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam
pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan.
Dengan visi "Tertatanya kemampuan
organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan
ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat", Majetis Ekonomi Aisyiyah
bergerak memberdayakan ekonomi rakyat kecil dan
menengah serta mengembangkan ekonomi kerakyatan.
Beberapa program pemberdayaan itu antara
lain: mengembangkan Bina Usaha Ekonomi
Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi
sebanyak 1426 buah di Wilayah, koperasi, pertanian, industri rumah
tangga, pedagang kecil/toko dan pembinaan ekonomi keluarga.
e.
Kesehatan
Dengan misi sebagai penggerak
terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang
sehat, Aisyiyah mengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan
peningkatan mutu kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan
hidup metalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah mengelola dan
mengembangkan 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik Bersalin,
232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Beberapa program kesehatan yang
dikembangkan antara lain: peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah
Sakit, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, Balai
Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelota oleh Aisyiyah
serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut
sebagai agent of development yang tidak hanya
sebagai tempat mengobati orang sakit, tetapi
mampu berperan secara optimal dalam mengobati lingkungan masyarakat.
Aisyiyah metalui Majetis Kesehatan dan
Lingkungan Hidup juga metakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan
penanggulangan penyakit berbahaya dan menular,
penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok
dan minuman keras, dengan menggunakan berbagi pendekatan
dan bekerjasama dengan berbagi pihak, meningkatkan pendidikan dan
perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot project
sistem pelayanan terpadu antara lembagakesehatan, dakwah sosial dan terapi
psikologi Islami.
f.
Pendidikan
Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu
pilar utama gerakan Aisyah metalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta
Majetis Pendidikan Tinggi, Aisyíyah mengembangkan visi pendidikan yang
berakhlak mulia untuk umat dan bangsa.
Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan
informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim
yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah
air dan berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai program
dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan.
Saat ini Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengeloaan dan
pembinaan terhadap: 86 Kelompok Bermain/Pendidikan Anak Usia Dini, 5.865 Taman
Kanak-Kanak, 380 Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10
Sekolah Luar Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8 SMU, 2
SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28 pendidikan luar sekolah.
Aisyiyah jugadipercaya oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, Aisyiyah
memiliki 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh
Indonesia.
Selain itu, Aisyiyah juga memperhatikan
masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya kader di lingkungan Angkatan
Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan professional yang mengarah pada
penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar menuju masyarakat
madani.
g.
Program majelis majelis tabligh
Untuk merealisasikan prinsip dan
tujuan dakwahnya, Aisyiyah memiliki berbagai kegiatan dakwah yang dilaksanakan
oleh Majetis Tabligh.Majetis ini bergerak dalam urusan kajian Islam
kontekstual, dakwah dan pengamalan Islam. Dengan visi untuk menjadi organisasi
dakwah yang mampu memberi pencerahan kehidupan keagamaan untuk mencapai
masyarakat madani, Majelis Tabligh mengembangkan gerakan-gerakan
Dakwah Islam dalam seluruh aspek kehidupan, menguatkan kesadaran keagamaan
masyarakat, mengembangkan materi, strategi dan media dakwah, serta meningkatkan
kualitas mubalighat.
Beberapa program dan kegiatan yang telah dan sedang
ditindaklanjuti oleh majetis ini antara lain:
1.Pembinaan kelompok
pengajian, saat ini berjumlah sebanyak 12.149 di seluruh Indonesia.
2.Membina sebanyak 10.329 mubalighat di seluruh
Indonesia.
3. Mengembangkan desa
binaan sebanyak 285 di beberapa daerah tertentu di Indonesia.
4.Sosialisasi program
pembinaan Keluarga Sakinah di Wilayah/ Daerah/ Cabang/ Ranting.
5. Menindaklanjuti dan mengembangkan program Qoryah Thoyyibah
yakni pengembangan semacam desa percontohan islami dengan mengoptimalkan semua
potensi dan sektor baik agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi,maupun hubungan
sosial Sebagai pelaksanaan awalnya Aisyiyah telah mengadakan proyek uji coba
Qoryah Thoyyibah di dusun Mertosanan Wetan, Potorono, Banguntapan, Bantul,
DIY sejak 1989.
6. Merevitalisasi Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah
(GJDJ).
7. Meningkatkan usaha
pencegahan sejak dini bahaya miras, napza, demoralisasi, seks bebas, kriminalitas
dan bentuk penyakit sosial lainnya.
8. Meningkatkan
kualitas dan kuantitas pengajian.
9. Menerbitkan buku-buku yang diperuntukkan bagi umum maupun
kalangan sendiri untuk melengkapi kegiatan dakwah, dan
lain-tain.
h.
Majelis kesehatan sosial
Pemahaman tentang kesejahteraan
sosial yang diperjuangkan Aisyiyah adalah terciptanya
suatu kondisi ideal dari tata kehidupan masyarakat
yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghaffur, yaitu suatukehidupan bahagia sejahtera
penuh limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT. di dunia dan
akhirat. Dengan demikian tercipta suatu titik
keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah
ataupun aspek material dan spiritual.
Sejak
berdirinya, kegiatan kesejahteraan sosialAisyiyah telah dimulai dalam bentuk
membantu kaum miskin dan anak yatim. Dalam perkembangan saat ini,
program kesejahteraan sosialAisyiyah tersistem ke dalam unit-unit kegiatan
sosial antara lain:
1. Kepedulian dan
usaha-usaha pelayanan danpenyantunan bagi kelompok masyarakat
dhuafa/miskin
2. Pengembangan dan
pemberdayaan lembaga-tembaga sosial yang dikelola oleh Aisyiyah seperti panti
asuhan, panti jompo, balai latihan, rumah singgah, dan lain-lain.
3. Peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin di perkotaan dan pedesaan.
4. Pelayanan korban
dan penanggulangan bencana/musibah.
5. Advokasi publik
yang menyangkut masalah- masalah sosial di berbagai lapisan masyarakat.
6. Mengembangkan pola
pencegahan dan pemberian bantuan terhadap korban trafficking dan kekerasan
terhadap perempuan dan anak, dan lain-tain.
i.
Majelis kesehatan dan lingkungan hidup
Sebagai organisasi sosial, masalah
kesehatan dan lingkungan hidup telah menempati posisi yang sangat serius dalam
gerakan Aisyiyah. Dengan misisebagai penggerak terwujudnya masyarakat
danlingkungan hidup yang sehat, Aisyiyah kemudianmengembangkan pusat kegiatan
pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan masyarakat serta
pelestarian lingkungan hidup metalui pendidikan.
Program-program yang
dikembangkan antara lain:
1. Peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah Sakit, Rumah
Bersalin, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak Aisyiyah serta
menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development, tidak
hanya sebagai tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan optimal dalam
mengobati lingkungan masyarakat.
2. Melakukan kampanye
peningkatan keadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan
menular.
3.Penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahayamerokok
dan minuman keras, metalui berbagai pendekatan dan bekerjasama
dengan berbagai pihak.
4.Meningkatkan
pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan
5. Menyelenggarakan
pilot project system pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial
dan terapi psikologi Islami.
6.Melakukan kampanye sadar lingkungan dan pentingnya pelestarian
lingkungan hidup bagi kehidupan manusia metalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah
telah mengelola dan mengembangkan sekurang-kurangnya 10 RSKIA (Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik Bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai
Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia.
J.
Majelis pendidikan dasar dan menengah
Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu
pilar utama gerakan Aisyiyah, majelis ini mengembangkan visi pendidikan
Aisyiyah yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa. Dengan tujuan memajukan
pendidikan (formal, non formal dan informal) serta mencerdaskan kehidupan
bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap,
percaya pada diri sendiri,cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta
diridhai Allah SWT, Majetis ini mengembangkan dan menangani masalah pendidikan
dari usia pra TK sampai Sekolah Menengah Umum dan keguruan.
Saat ini majelis ini telah dan tengah
melakukan pengeloaan dan pembinaan sebanyak: 86 Kelompok Bermain/ Pendidikan
Anak Usia Dini, 5865 Taman Kanak-Kanak, 380 Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ,
2.920 IGABA, 399 IGA, 10 Sekolah Luar Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah
Tsanawiyah, 8SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28
pendidikan Luar Sekolah. Saat ini Aisyiyahjuga
dipercaya oleh Pemerintah untukmenyelenggarakan ratusan
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia.
k.
Majelis ekonomi
Sebagai
organisasi perempuan yang bergerakdalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan,
Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk
memajukankehidupan masyarakat khususnya dalampengentasan kemiskinan dan
ketenagakerjaan. Dengan visi "tertatanya kemampuan organisasi
dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat", majetis ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan
ekonomi rakyat kecil dan menengah serta pengembangan-pengembangan ekonomikerakyatan.
Beberapa program majetis ekonomi antara lain:
1. Mengembangkan Bina Usaha Ekonomi
Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak
1426 buah di wilayah,Daerah dan Cabang yang berupa badan usaha
koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/took dan pembinaan
ekonomi keluarga.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan koperasi
serta Lembaga Keuangan Mikro yang berbadan hokum
3. Meningkatkan
partisipasi 'Aisyiyah dalam pembelaan dan penguatan termasuk advokasi terhadap
Tenaga Kerja Indonesia, khususnya Tenaga Kerja Wanita.
4. Membangun jaringan
dengan berbagai pihak dalam rangka mengembangkan ekonomi umat
5. Melakukan advokasi dan perlindungan
konsumen, dan lain-tain.
L . Mjelis pendidikan kader
Majelis
ini menangani masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya kader di
lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan professional
yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar
menuju masyarakat madani. Program-program yang dikembangkan oleh majelis ini
antara lain:
1. Mengembangkan
system pengkaderan yang mampu menghasilkan kader yang
berkualitas. Saat ini Majetis Pembinaan Kader membina 617
instruktur, 1419 kader serta 108 kajian.
2. Peningkatan kualitas pembinaan kader baik dalam
bentuk kursus, pelatihan, sekolah- sekolah formal, maupun studi lanjut.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader ulama
perempuan, serta kader 'lintas ilmu dan profesi' untuk penguatan gerakan
Aisyiyah, dan lain-lain.
m. Majelis pendidikan tinggi
Sejalan
dengan perkembangan dunia pendidikan serta pendidikan Aisyiyah khususnya,
majetis ini bertugas untuk membina, mengkoordinasikan Perguruan Tinggi Aisyiyah
di seluruh Indonesia, serta memberikan bahan pertimbangan guna menentukan
kebijakan yang berkaitan dengan bidang pendidikan tinggi Aisyiyah. Dengan visi
"terbentuknya masyarakat muslim yang memiliki keilmuan, keislaman dan keorganisasian
dakwah Muhammadiyah-Aisyiyah", majelis ini mengembangkan program-program
antara lain:
1. Kajian isu-isu aktual pendidikan
serta penelitan positioning PTA di masyarakat.
2. Penyusunan data
base, renstra, serta Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk PTA.
3. Peningkatan
kualitas pendidikan serta sinergi dan kerjasama dengan berbagi pihak, dan
lain-Lain.
Saat ini Majetis
Pendidikan Tinggi Aisyiyah membawahi 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID
serta 2 AKPER di seluruh Indonesia.
n. lembaga penelitian dan pengembangan
Lembaga
ini bertujuan untuk meningkatkan kajian tentang masalah atau isu-isu yang
berkembang, baik mengenai organisasi maupun masalah sosial yang terkait dengan
sikap perempuan dan organisasi, seperti kekerasan terhadap perempuan, kekerasan
terhadap anak dan perdagangan anak, peran politik perempuan, diskriminasi
gender, dan lain-lain. Sebagai institusi yang bergerak dalam penelitian dan
pengembangan yang mendinamisasi gerakan dakwah Aisyiyah, LPPA diharapkan mampu
menyediakan dukungan data dan informasi metalui kegiatan pengkajian, penelitian
dan kegiatan pengembangan lainnya untuk mendukung pengambilan keputusan dan
kebijakan organisasi dalam mencapai visi dan tujuan Aisyiyah.
Program kerja LPPA dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori yakni:
1. Divisi pengkajian
dan penelitian: melakukan pengkajian dan penelitian tentang keperempuanan,
keagamaan, sosial, dan organisasi dan isu-isu aktual yang terkait dengan usaha
Aisyiyah untuk
2. Divisi Basis Data: membentuk pusat data dan
informasi untuk mendukung dinamika gerakan, baik internal maupun eksternal.
3. Divisi /slamic
Civil Society (ICS): terkait dengan kegiatan pengembangan khususnya penguatan
ICS melalui pendidikan kewarganegaraan seperti meningkatkan kesadaran,wawasan
dan partisipasi warga Aisyiyah khususnya dalam dinamika kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju kehidupan yang demokratis serta
berbagai kegiatan peneingkatan kapasitas lainnya.
o. lembaga kebudayaan
Lembaga
ini terbentuk dalam rangka merespon perubahan budaya yang berkembang dengan
cepat akibat adanya perkembangan teknologi dan informasi yang
demikian pesat. Selain untuk menjaga agar transformasi kebudayaan tersebut
tetap berada datam garis ajaran Islam, lembaga ini bertujuan untuk menggali dan
memasyarakatkan kreatifitas budaya sebagai bagian dari gerakan dakwah sehingga
bisa terwujud masyrakat Islam serta budaya islami yang sebenar-benarnya.
Program lembaga kebudayaan Aisyiyah antara lain:
1. Meningkatkan perhatian terhadap
masalah- masalah sosial budaya seperti kesenian,perubahan budaya masyarakat
termasuk gaya hidup masyarakat, kepariwisataan dan aspek sosial budaya lainnya
yang mempengaruhi perkembangan masyarakat disertai upayapengembangan khasanah
Islami.
2. Mengimplementasikan tuntutan
dakwah cultural yang tidak bertentangan dengan ajaranIslam.
3. Mengembangkan seni budaya
religious dengan symbol-simbol yang mudah diterima masyarakat
datam kerangka dakwah Islam, diantaranya menerbitkan buku Dongeng Indah,
Aisyiyah dan Seni Pertunjukan Ekspresi Islam datam Simput Budaya.
p. lembaga hubungan organisasi, hokum dan advokasi (LHOHA)
Lembaga ini bertujuan untuk membangun dan menjalin hubungan
kerjasama dalam rangka memperluas sayap gerakan untuk mencapai tujuan
organisasi. Lembaga ini juga melakukan komunikasi dengan pihak-pihak
lembaga/organisasi lain yang dapat mendorong tercapainya visi dan misi
organisasi, yang tidak terbatas ada agama, ras, suku dan golongan. Program
LHOHA diarahkan pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pengembangan komunikasi
dan kerjasama antar organisasi dan ormas Islam
2. Advokasi kebijakan publik
untuk kepentingankeaditan masyarakat.
3. Partisipasi pada upaya
penegakan hukum dan penyusunan peraturan perundang-undangan.
4. Peningkatan kesadaran
hukum masyarkat.
5. Advokasi hukum dan hak
asasi manusia.
6. Pengkajian berbagai
peraturan perundang- ndangan khususnya terkait dengan hukum Islam dan masalah
perempuan.
q. lembaga humas dan penerbitan
Merupakan lembaga yang mengkomunikasikan
segala kegiatan, program serta kebijakan organisasi kepada pihak-pihak terkait,
baik internal maupun eksternal serta membentuk citra posistif Aisyiyah di
masyarakat luas. Beberapa program fokus kegiatan lembaga ini antara lain:
1. Publikasi dan sosialisasi program dan kegiatan Aisyiyah
termasuk opinion leader tokoh Aisyiyah
2. Sosialisasi pencitraan positif Aisyiyah
3. Menggatang dan menjaga kerja sama dengan stakeholder Aisyiyah
baik dalam maupun luar negeri
Selain itu lembaga ini juga membawahi divisi penerbitan
Aisyiyah, SUAR A AISYIYAH yaitu majalah bulanan yang telah terbit sejak tahun
1926 sampai sekarang.Suara Aisyiyah adalah majalah wanita tertua di Indonesia
yang perkembangannya dapat diikuti sejak zaman kolonial Belanda, zaman Jepang
hingga zaman kemerdekaan.
Selain sebagai alat organisasi yang mempublikasikan
program-program Aisyiyah, majalah bulanan ini juga alat yang strategis dalam
memberikan perluasan pengetahuan dan penyadaran pada warga Aisyiyah khususnya
akan peran perempuan dalam dunia domestik dan publik.
2.4
Naisyatul aisyiyah
Nasyiatul Aisyiah adalah Organisasi
Otonom merupakan organisasi otonom yang bergerak di bidang keagamaan,
kemasyarakatan, dan keputrian. NA tetap mengedepankan gerakan dakwah amar
ma'ruf nahi munkar seperti yang diamanatkan oleh oleh Muhammadiyah. Tugas luhur
ini dilakukan baik secara kolektif organisasional maupun secara individu oleh
personil-personil NA.
Semboyan Nasyiatul Aisyiah yaitu : Al Birru Manittaqo yang artinya kebajikan itu bagi orang yang selalu waspada. Maksud dan tujuan : termaktub pada anggaran Dasar NA pasal 4 berbunyi : terbentuklah pribadi putri Islam yang berguna bagi agama, bangsa dan negara serta menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan Muhammadiyah.
Semboyan Nasyiatul Aisyiah yaitu : Al Birru Manittaqo yang artinya kebajikan itu bagi orang yang selalu waspada. Maksud dan tujuan : termaktub pada anggaran Dasar NA pasal 4 berbunyi : terbentuklah pribadi putri Islam yang berguna bagi agama, bangsa dan negara serta menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan Muhammadiyah.
a. Sejarah Berdirinya Nasyiatul
Aisyiyah
Berdirinya Nasyiatul Aisyiyah bermula dengan adanya ide Somodirdjo dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia telah menyadari bahwa tanpa adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya menyebabkan perjuangan Muhammadiyah terhambat. Oleh karena itu ia selalu berusaha untuk meningkatkan mutu ilmu pengetahuan para muridnya baik dalam bidaing spiritual, intelektual maupun jasmaninya.
Pada mulanya ia telah mengarahkan para muridnya untuk memikirkan sejauh mana ilmu pengetahuan yang telah diserap selama belajar di Standart School Muhammadiyah dapat diwujudkan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Didepan kelas ia menyatakan bahwa setiap umat manusia mempunyai dua kewajiban yaitu kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama manusia. Didalam melaksanakan kewajiban terhadap Allah ummat manusia wajib menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannva. sedangkan untuk melaksanakan kewajiban terhadap manusia ummat manusia wajib menyumbangkan pikiran, tenaga dan harta bendanya dalam batas-batas tertentu demi kepentingan bersama. Selanjutnya ia mengajak kepada para muridnya untuk selalu mengamalkan ilmu pengetahuan, tenaga dan harta bendanya dalam masyarakat, untuk mempertanggungjawabkan kewajibannya sebagai ummat manusia yang hidup di dunia kepada Tuhan. Ide Somodirdjo untuk menambah pelajaran praktek kepada para muridnya itu, dituangkan dalam pelaksanaan untuk membentuk wadah dimana putra-putri Muhammadiyah mengadakan kegiatan
Dengan bantuan R H. Hadjid seorang kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri Standart School Muhammadiyah. Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP).
b. Tujuan dibentuknya Siswa Praja adalah:
1. Menanamkan rasa persatuan,
Berdirinya Nasyiatul Aisyiyah bermula dengan adanya ide Somodirdjo dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia telah menyadari bahwa tanpa adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya menyebabkan perjuangan Muhammadiyah terhambat. Oleh karena itu ia selalu berusaha untuk meningkatkan mutu ilmu pengetahuan para muridnya baik dalam bidaing spiritual, intelektual maupun jasmaninya.
Pada mulanya ia telah mengarahkan para muridnya untuk memikirkan sejauh mana ilmu pengetahuan yang telah diserap selama belajar di Standart School Muhammadiyah dapat diwujudkan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Didepan kelas ia menyatakan bahwa setiap umat manusia mempunyai dua kewajiban yaitu kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama manusia. Didalam melaksanakan kewajiban terhadap Allah ummat manusia wajib menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannva. sedangkan untuk melaksanakan kewajiban terhadap manusia ummat manusia wajib menyumbangkan pikiran, tenaga dan harta bendanya dalam batas-batas tertentu demi kepentingan bersama. Selanjutnya ia mengajak kepada para muridnya untuk selalu mengamalkan ilmu pengetahuan, tenaga dan harta bendanya dalam masyarakat, untuk mempertanggungjawabkan kewajibannya sebagai ummat manusia yang hidup di dunia kepada Tuhan. Ide Somodirdjo untuk menambah pelajaran praktek kepada para muridnya itu, dituangkan dalam pelaksanaan untuk membentuk wadah dimana putra-putri Muhammadiyah mengadakan kegiatan
Dengan bantuan R H. Hadjid seorang kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri Standart School Muhammadiyah. Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP).
b. Tujuan dibentuknya Siswa Praja adalah:
1. Menanamkan rasa persatuan,
2. Memperbaiki;
3. Memperdalam agama;
Siswa Praja mempunyai ranting-ranting di sekolah sekolah Muhammadiyah yang ada, yaitu: Suronatan, Karangkajen
Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggota Siswa Praja Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima
bulan diadakan pemisahan, antara anggota laki-laki dan perempuan. Pimpinan Siswa Praja Wanita diserahkan kepada Siti
Wasilah sebagai Ketua, Umayah Wakil Ketua, Siti Juhainah Penulis, dan Siti Zuhriyah Bendahara. Tempat mengadakan
kegiatan Siswa Praja Wanita di rumah Haji Irsyad (Mushola Aisyiyah Kauman Yogyakarta sekarang). Kegiatan Siswa Praja
Wanita adalah pengajian, berpidato, jama'ah subuh membunyikan kentongan untuk membangunkan ummat Islam Kauman agar
menjalankan kewajibannya yaitu shalat subuh, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam dan kegiatan keputrian.
Lima bulan kemudian Siti Wasilah mengundurkan diri dan diadakan perubahan susunan pengurus pirnpinan Ketua: Siti Umayah, Wakil Ketua: Siti Zuhriyah, Penulis Siti Djuhainah Bendahara: Siti Zaidiyah. Pada periode ini mulai diadakan klasifikasi
1. Thalabus Saadah tiap malam jum'at untuk anak-anak berumur 15 tahun keatas.
2. Tajmilul akhlak, tiap jum'at sore untuk anak-anak yang berumur 10-15 tahun
3. Dirasatul Bannat pengajian sesudah maghrib untuk anak-anak Dasar.
4. Jamiatul Athfal dua kali seminggu untuk anak-anak yang berumur 7-10 tahun.
5.Tiap satu bulan, pada hari jum'at terakhir diadakan tamasya keluar kota.
Meskipun Siswa Praja Wanita berhasil didirikan pada tahun 1919, namun pengurusnya mengalami hambatan didalam memajukan kegiatan. Hambatan ini pada umumnya berasal dari orang tua murid itu sendiri. Mereka melarang, putra-putrinya mengikuti kegiatan diluar jam sekolah karena mereka sering lupa akan tugas rumah vang harus dikerjakan Namun Berkat kesabaran dan ketekunan pengurus dalam memberikan pengertian kepada para orang tua, akhirnya mereka mengerti dan merasakan manfaat dari adanya perkumpulan Siswa Praja Wanita. Bahkan anak-anak yang mengikuti SPW semakin banyak memiliki ketrampilan ketrampilan praktis yang sangat berguna dikelak kemudian hari.Anggota Siswa Praia Wanita semakin banyak, sehingga menghajatkan tempat yang lebih luas, karena itu tempat kegiatan dipindahkan ke rumah KH Muhammad Kamaluddiningrat (ayah Siti Umniyah). Pelajar-pelajar Mu'allimat yang datang dari berbagai daerah turut aktif dalam SPW, sehingga setelah mereka pulang ke kampungnya Siswa Praja Wanita ditularkan kepada para remaja putri. Dan akhirnya SPW semakin meluas.
Tahun 1923 secara organisatoris Siswa Praja Wanita menjadi urusan Aisyiyah tahun 1924 mendirikan Bustanul Athfal, yakni suatu gerakan untuk anak laki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar ke-Islaman pada anak-anak, pada sore hari. Sesudah dua bulan diganti pagi hari SPW menerbitkan buku nyanyian bahasa jawa dengan nama pujian siswa Praja. Siswa Praja Wanita semakin besar dan menimbulkan inisiatif para pimpinan untuk membeli gedung. Pada tahun 1925 Siswa Praja Wanita membeli sebuah rumah sebagai pusat kegiatannya. Tahun 1926 kegiatan Siswa Praja Wanita dimuat di Suara "Aisyiyah". Karena mempunyai cabang-cabangnya di luar daerah. Cabang pertama adalah Cabang Surakarta. Pelajaran-pelajaran ditambah dengan ketrampilan seperti menjahit, kerajinan dan memasak. Tahun 1926 Busthanul Athfal diserahkan kepada Aisyiyah. Tahun 1929 SPW dipimpin oleh Siti Zuhriyah. Pada saat ini mulai diadakan kaderisasi secara sederhana. Pada tahun ini pula Konggres yang ke-18 semua cabang diharuskan mendirikan SPW dengan sebutan Aisyiyah urusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam konggres ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama-nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia, karena cabang-cabang Muhammadiyah di luar jawa sudah banyak. Saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah. maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyiatul Aisyiyah.
Siswa Praja Wanita (SPW) yang pada tahun 1931 berubah nama menjadi Nasyiatul Aisyiyah, dan masih bagian dari Aisyiyah makin hari makin aktif kerjanya. Tahun 1935 Pimpinan Nasyiah di lbukota dipimpin oleh Siti Buchainah. Kegiatannya bertambah lagi; mengadakan shalat jum'at bersama-sama, mengadakan tabligh keluar masuk kampung, keluar kota, kursus administrasi dan propaganda Muhammadiyah. Tahun 1938 pada Kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta diputuskan "Simbul Padi" menjadi simbul Nasyiah. Bapak Achyar Anies mengarang nyanyian simbul padi dan dijadikan Mars Nasyiah. Tahun 1939 Pimpinan NA dipegang oleh St. Wasilah Anies. Di pusat Nasyiatul Aisyiyah menyelenggarakan "Taman Aisyiyah" dengan demikian putri-putri NA yang berbakat mengarang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan bakatnya. Selain itu juga menghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan dibukukan dengan diberi nama "Kumandang Nasyiah".
Pada masa sekitar revolusi, percaturan politik dunia yang mempengaruhi negara Indonesia, membawa akibat yang besar atas kehidupan masyarakat.
Organisasi-organisasi termasuk didalamnya Muhammadiyah, Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah mengalami kemacetan. Nasyiah hampir tidak terdengar lagi perannya ditengah-tengah masyarakat. Baru setelah situasii mengijinkan tahum 1950, Muhammadiyah mengadakan Muktamar di Yogyakarta untuk memesatkan gerak dan langkahnya. Aisyiyah ditingkatkan menjadi otonom. Oleh Aisyivah, Nasyiatul Aisyiyah dijadikan bagian yang diistimewakan sehingga terbentuk Pimpinan Pusat Aisyiyah seksi Nasyiah yang disertai memberi pimpinan kepada Aisyiyah bagian Nasyiah diseluruh Indonesia, dengan ini berarti Nasyiah berhak mengadakan konferensi mengadakan peninjauan dan sebagainya.
Tahun 1952 Pimpinan Pusat Aisyiyah seksi Nasyiah dipimpin oleh ibu Zam'ah Dimyati. Usahanya yang pertama adalah memberikan pimpinan kepada Nasyiah seluruh Indonesia dan menyelenggarakan keanggotaan Nasyiah. Tahun 1953 Muktamar di Purwokerto, putri Nasyiah banyak yang hadir menemani utusan dari Aisyiyah. Pimpinan Pusat Aisyiyah seksi Nasyiah melaporkan hasil kerjanya pada Muktamar. Tahun 1954 Pimpinan Pusat Aisyiyah membentuk satu susunan pengurus untuk menghimpun putri-putri keluarga Muhammadiyah yang bersekolah di Yogyakarta, tetapi belum terhimpun di Nasyiah dengan maksud supaya mereka aktif di Nasyiah.
Tahun 1956 Muktamar di Palembang, dari Muktamar Aisyiyah ada prasaran mengaktifkan anggota -Nasyiatul Aisyiyah yang pokok isinya mengharapkan kepada Aisyiyah untuk memberi hak otonom kepada Nasyiah. Prasaran disampaikan oleh Dra. Baroroh. Tahun 1959 Muktamar di Yogyakarta kedudukan Nasyiah masih sebagai seksi Aisyiyah, pimpinan dipegang oleh ibu Zuhra Daris. Kegiatannya mulai diperbesar.
Ketika Muktamar di Jakarta tahun 1962 diberi sedikit kesempatan untuk mengadakan musyawarah tersendiri dan kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Nasyiatul Aisyiyah. Mereka berhasil membuat rencana kerja yang baru dibawah pimpinan Siti Karimah, Seksi NA terus bekerja untuk mempersiapkan mengadakan popularisasi NA, kaderisasi dan lain-lain. Rupanya semangat Jakarta dapat merubah hati nurani segenap anggota Tanwir khususnya terhadap NA. NA sekarang benar-benar menjadi dewasa, sudah saatnya NA, diberi kepercayaan untuk membina rimah tangga sendiri.
Tahun 1963 dalam sidang tanwir terdapat kata sepakat untuk memberi status otonom kepada NA. Di bawah pimpinan majlis bimbingan pemuda. NA yang diketuai oleh Siti Karimah mulai mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan musyawarahnya yang pertama di Bandung. Dengan didahului mengadakan konferensi di Solo, maka berhasillah NA dengan munasnya pada tahun 1965 bersama-sama dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Bandung. Dalam Munas yang pertama kali, tampaklah wajah-wajah baru dari 33 daerah dan 166 cabang dengan penuh semangat, akhirnya dengan secara organisatoris NA berhasil mendapatkan status yana baru sebagai organisasi otonom Muhammadiyah. Secara organisatoris NA lepas dari Aisyiyah dan langsung dibawah pengawasan Muhammadiyah. Fungsi NA adalah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna usaha Muhammadiyah Aisyiyah. Bila dilihat sepintas lalu, Aisyiyah dan NA sama kedudukannya sebagai ortom Muhanimadiyah yang bertugas untuk menyampaikan ide dan cita-cita hidup Muhammadiyah kepada sasarannya. Tetapi secara kekeluargaan Aisyiyah mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari NA. NA merupakan satu-satunya kader Aisyiyah yang bersedia untuk menjadi pengganti, baik yang berupa pimpinan maupun anggota. Di tingkat pusat, wilayah, daerah ataupun cabang.
3. Memperdalam agama;
Siswa Praja mempunyai ranting-ranting di sekolah sekolah Muhammadiyah yang ada, yaitu: Suronatan, Karangkajen
Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggota Siswa Praja Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima
bulan diadakan pemisahan, antara anggota laki-laki dan perempuan. Pimpinan Siswa Praja Wanita diserahkan kepada Siti
Wasilah sebagai Ketua, Umayah Wakil Ketua, Siti Juhainah Penulis, dan Siti Zuhriyah Bendahara. Tempat mengadakan
kegiatan Siswa Praja Wanita di rumah Haji Irsyad (Mushola Aisyiyah Kauman Yogyakarta sekarang). Kegiatan Siswa Praja
Wanita adalah pengajian, berpidato, jama'ah subuh membunyikan kentongan untuk membangunkan ummat Islam Kauman agar
menjalankan kewajibannya yaitu shalat subuh, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam dan kegiatan keputrian.
Lima bulan kemudian Siti Wasilah mengundurkan diri dan diadakan perubahan susunan pengurus pirnpinan Ketua: Siti Umayah, Wakil Ketua: Siti Zuhriyah, Penulis Siti Djuhainah Bendahara: Siti Zaidiyah. Pada periode ini mulai diadakan klasifikasi
1. Thalabus Saadah tiap malam jum'at untuk anak-anak berumur 15 tahun keatas.
2. Tajmilul akhlak, tiap jum'at sore untuk anak-anak yang berumur 10-15 tahun
3. Dirasatul Bannat pengajian sesudah maghrib untuk anak-anak Dasar.
4. Jamiatul Athfal dua kali seminggu untuk anak-anak yang berumur 7-10 tahun.
5.Tiap satu bulan, pada hari jum'at terakhir diadakan tamasya keluar kota.
Meskipun Siswa Praja Wanita berhasil didirikan pada tahun 1919, namun pengurusnya mengalami hambatan didalam memajukan kegiatan. Hambatan ini pada umumnya berasal dari orang tua murid itu sendiri. Mereka melarang, putra-putrinya mengikuti kegiatan diluar jam sekolah karena mereka sering lupa akan tugas rumah vang harus dikerjakan Namun Berkat kesabaran dan ketekunan pengurus dalam memberikan pengertian kepada para orang tua, akhirnya mereka mengerti dan merasakan manfaat dari adanya perkumpulan Siswa Praja Wanita. Bahkan anak-anak yang mengikuti SPW semakin banyak memiliki ketrampilan ketrampilan praktis yang sangat berguna dikelak kemudian hari.Anggota Siswa Praia Wanita semakin banyak, sehingga menghajatkan tempat yang lebih luas, karena itu tempat kegiatan dipindahkan ke rumah KH Muhammad Kamaluddiningrat (ayah Siti Umniyah). Pelajar-pelajar Mu'allimat yang datang dari berbagai daerah turut aktif dalam SPW, sehingga setelah mereka pulang ke kampungnya Siswa Praja Wanita ditularkan kepada para remaja putri. Dan akhirnya SPW semakin meluas.
Tahun 1923 secara organisatoris Siswa Praja Wanita menjadi urusan Aisyiyah tahun 1924 mendirikan Bustanul Athfal, yakni suatu gerakan untuk anak laki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar ke-Islaman pada anak-anak, pada sore hari. Sesudah dua bulan diganti pagi hari SPW menerbitkan buku nyanyian bahasa jawa dengan nama pujian siswa Praja. Siswa Praja Wanita semakin besar dan menimbulkan inisiatif para pimpinan untuk membeli gedung. Pada tahun 1925 Siswa Praja Wanita membeli sebuah rumah sebagai pusat kegiatannya. Tahun 1926 kegiatan Siswa Praja Wanita dimuat di Suara "Aisyiyah". Karena mempunyai cabang-cabangnya di luar daerah. Cabang pertama adalah Cabang Surakarta. Pelajaran-pelajaran ditambah dengan ketrampilan seperti menjahit, kerajinan dan memasak. Tahun 1926 Busthanul Athfal diserahkan kepada Aisyiyah. Tahun 1929 SPW dipimpin oleh Siti Zuhriyah. Pada saat ini mulai diadakan kaderisasi secara sederhana. Pada tahun ini pula Konggres yang ke-18 semua cabang diharuskan mendirikan SPW dengan sebutan Aisyiyah urusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam konggres ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama-nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia, karena cabang-cabang Muhammadiyah di luar jawa sudah banyak. Saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah. maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyiatul Aisyiyah.
Siswa Praja Wanita (SPW) yang pada tahun 1931 berubah nama menjadi Nasyiatul Aisyiyah, dan masih bagian dari Aisyiyah makin hari makin aktif kerjanya. Tahun 1935 Pimpinan Nasyiah di lbukota dipimpin oleh Siti Buchainah. Kegiatannya bertambah lagi; mengadakan shalat jum'at bersama-sama, mengadakan tabligh keluar masuk kampung, keluar kota, kursus administrasi dan propaganda Muhammadiyah. Tahun 1938 pada Kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta diputuskan "Simbul Padi" menjadi simbul Nasyiah. Bapak Achyar Anies mengarang nyanyian simbul padi dan dijadikan Mars Nasyiah. Tahun 1939 Pimpinan NA dipegang oleh St. Wasilah Anies. Di pusat Nasyiatul Aisyiyah menyelenggarakan "Taman Aisyiyah" dengan demikian putri-putri NA yang berbakat mengarang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan bakatnya. Selain itu juga menghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan dibukukan dengan diberi nama "Kumandang Nasyiah".
Pada masa sekitar revolusi, percaturan politik dunia yang mempengaruhi negara Indonesia, membawa akibat yang besar atas kehidupan masyarakat.
Organisasi-organisasi termasuk didalamnya Muhammadiyah, Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah mengalami kemacetan. Nasyiah hampir tidak terdengar lagi perannya ditengah-tengah masyarakat. Baru setelah situasii mengijinkan tahum 1950, Muhammadiyah mengadakan Muktamar di Yogyakarta untuk memesatkan gerak dan langkahnya. Aisyiyah ditingkatkan menjadi otonom. Oleh Aisyivah, Nasyiatul Aisyiyah dijadikan bagian yang diistimewakan sehingga terbentuk Pimpinan Pusat Aisyiyah seksi Nasyiah yang disertai memberi pimpinan kepada Aisyiyah bagian Nasyiah diseluruh Indonesia, dengan ini berarti Nasyiah berhak mengadakan konferensi mengadakan peninjauan dan sebagainya.
Tahun 1952 Pimpinan Pusat Aisyiyah seksi Nasyiah dipimpin oleh ibu Zam'ah Dimyati. Usahanya yang pertama adalah memberikan pimpinan kepada Nasyiah seluruh Indonesia dan menyelenggarakan keanggotaan Nasyiah. Tahun 1953 Muktamar di Purwokerto, putri Nasyiah banyak yang hadir menemani utusan dari Aisyiyah. Pimpinan Pusat Aisyiyah seksi Nasyiah melaporkan hasil kerjanya pada Muktamar. Tahun 1954 Pimpinan Pusat Aisyiyah membentuk satu susunan pengurus untuk menghimpun putri-putri keluarga Muhammadiyah yang bersekolah di Yogyakarta, tetapi belum terhimpun di Nasyiah dengan maksud supaya mereka aktif di Nasyiah.
Tahun 1956 Muktamar di Palembang, dari Muktamar Aisyiyah ada prasaran mengaktifkan anggota -Nasyiatul Aisyiyah yang pokok isinya mengharapkan kepada Aisyiyah untuk memberi hak otonom kepada Nasyiah. Prasaran disampaikan oleh Dra. Baroroh. Tahun 1959 Muktamar di Yogyakarta kedudukan Nasyiah masih sebagai seksi Aisyiyah, pimpinan dipegang oleh ibu Zuhra Daris. Kegiatannya mulai diperbesar.
Ketika Muktamar di Jakarta tahun 1962 diberi sedikit kesempatan untuk mengadakan musyawarah tersendiri dan kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Nasyiatul Aisyiyah. Mereka berhasil membuat rencana kerja yang baru dibawah pimpinan Siti Karimah, Seksi NA terus bekerja untuk mempersiapkan mengadakan popularisasi NA, kaderisasi dan lain-lain. Rupanya semangat Jakarta dapat merubah hati nurani segenap anggota Tanwir khususnya terhadap NA. NA sekarang benar-benar menjadi dewasa, sudah saatnya NA, diberi kepercayaan untuk membina rimah tangga sendiri.
Tahun 1963 dalam sidang tanwir terdapat kata sepakat untuk memberi status otonom kepada NA. Di bawah pimpinan majlis bimbingan pemuda. NA yang diketuai oleh Siti Karimah mulai mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan musyawarahnya yang pertama di Bandung. Dengan didahului mengadakan konferensi di Solo, maka berhasillah NA dengan munasnya pada tahun 1965 bersama-sama dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Bandung. Dalam Munas yang pertama kali, tampaklah wajah-wajah baru dari 33 daerah dan 166 cabang dengan penuh semangat, akhirnya dengan secara organisatoris NA berhasil mendapatkan status yana baru sebagai organisasi otonom Muhammadiyah. Secara organisatoris NA lepas dari Aisyiyah dan langsung dibawah pengawasan Muhammadiyah. Fungsi NA adalah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna usaha Muhammadiyah Aisyiyah. Bila dilihat sepintas lalu, Aisyiyah dan NA sama kedudukannya sebagai ortom Muhanimadiyah yang bertugas untuk menyampaikan ide dan cita-cita hidup Muhammadiyah kepada sasarannya. Tetapi secara kekeluargaan Aisyiyah mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari NA. NA merupakan satu-satunya kader Aisyiyah yang bersedia untuk menjadi pengganti, baik yang berupa pimpinan maupun anggota. Di tingkat pusat, wilayah, daerah ataupun cabang.
Berdirinya
Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang
sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memerhatikan keberlangsungan kader
penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun umat memerlukan kader-kader
yang tangguh yang akan meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di
lingkungan Muhammadiyah.
Pada awalnya, SP mempunyai
ranting-ranting di sekolah Muhammadiyah yang ada, yaitu di Suronatan,
Karangkajen, Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggota SP Pusat memberi
tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima bulan berjalan, diadakan pemisahan
antara anggota laki-laki dan perempuan dalam SP. Kegiatan SP Wanita dipusatkan
di rumah Haji Irsyad (sekarang Musholla Aisyiyah Kauman). Kegiatan SP Wanita
adalah pengajian, berpidato, jama'ah subuh, membunyikan kentongan untuk
membangunkan umat Islam Kauman agar menjalankan kewajibannya yaitu salat subuh,
mengadakan peringatan hari-hari besar Islam, dan kegiatan keputrian.
Perkembangan SP cukup pesat.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya mulai segmented dan terklasifikasi
dengan baik. Kegiatan Thalabus Sa'adah diselenggarakan untuk anak-anak di atas
umur 15 tahun. Aktivitas Tajmilul Akhlak diadakan untuk anak-anak berumur 10-15
tahun. Dirasatul Bannat diselenggarakan dalam bentuk pengajian sesudah magrib
bagi anak-anak kecil. Jam'iatul Athfal dilaksanakan seminggu dua kali untuk
anak-anak yang berumur 7-10 tahun. Sementara itu juga diselenggarakan tamasya
ke luar kota setiap satu bulan sekali.
Kegiatan SP Wanita merupakan
terobosan yang inovatif dalam melakukan emansipasi wanita di tengah kultur
masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarki saat itu benar-benar
mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga. Para orang tua
seringkali melarang anak perempuannya keluar rumah untuk aktivitas-aktivitas
yang emansipatif. Namun dengan munculnya SP Wanita, kultur patriarki dan feodal
tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP Wanita sangat dirasakan manfaatnya, karena
SP Wanita membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai
pengetahuan dan keterampilan.
Pada tahun 1923, SP Wanita mulai
diintegrasikan menjadi urusan Aisyiyah. Perkembangan selanjutnya, yaitu pada
tahun 1924, SP Wanita telah mampu mendirikan Bustanul Athfal, yakni suatu
gerakan untuk membina anak laki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun.
Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar keislaman pada anak-anak. SP
Wanita juga menerbitkan buku nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa
Praja. Pada tahun 1926, kegiatan SP Wanita sudah menjangkau cabang-cabang di
luar Yogyakarta.
Pada tahun 1929, Konggres
Muhammadiyah yang ke-18 memutuskan bahwa semua cabang Muhammadiyah diharuskan
mendirikan SP Wanita dengan sebutan Aisyiyah Urusan Siswa Praja. Pada tahun
1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama
gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia,
karena cabang-cabang Muham-madiyah di luar Jawa sudah banyak yang didirikan
(saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah). Dengan
adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyi'atul
Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah.
2.4.Pemuda
muhammadiyah
SPIRIT MUHAMMADIYAH
senantiasa mengilhami setiap organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah.
Demikian pula halnya dengan Pemuda Muhammadiyah, yang lahir dengan semangat
yang sama dengan berdirinya Muhammadiyah, yaitu semangat untuk
membangungenerasi yang tangguh untuk masa mendatang. Sebagai salah
satu organisasi otonom tertua di lingkungan Muhammadiyah (berdiri 2
Mei 1932),Pemuda Muhammadiyah hadir sebagai pelopor, pelangsung, dan
penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
Visi:
Mempersiapkan kader
dan generasi muda Indonesia untuk siap menghadapi tantangan masa
depan yang lebih beragam, penuh dinamika dan berbagai kepentingan
datam rangka mencapai maksud dan tujuan Pemuda Muhammadiyah.
Misi:
Menjadikan gerakan
dakwah amar ma'ruf nahi mungkar, gerakan keilmuan, gerakan
sosialkemasyarakatan dan gerakan kewirausahaan sebagai tumpuan kegiatan dengan
memahami setiap persoalan yang timbut dan kebutuhan lingkungan
dimana Pemuda Muhammadiyah melakukan amal karya nyatanya.
a.
Prinsip Dasar Organisasi
Pemuda Muhammadiyah
adalah organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah yang merupakan gerakan
dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan pemuda, beraqidah Islam, dan
bersumber pada al-Quran dan Sunnah Rasul. Organisasi ini didirikan dengan
maksud dan tujuan untuk menghimpun, membina, dan menggerakkan potensi Pemuda
Islam serta meningkatkan perannya sebagai kader untuk mencapai
tujuan Muhammadiyah.
Pencapaian maksud dan tujuan tersebut dilakukan dengan
upaya-upaya sebagai berikut:
1.
Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa
ta'ala.
2.
Memperdalam ilmu, memperluas pengetahuan dan meningkatan
kecerdasan serta mengamatkan sesuai dengan ajaran Islam.
3.
Memperdalam dan meningkatkan pemahaman Agama Islam.
4.
Menyelenggarakan dan meningkatkan mutu pendidikan kader.
5.
Mengadakan dakwah di kalangan pemuda dan remaja.
6.
Meningkatkan fungsi dan peran pemuda Muhammadiyah sebagai kader
Muhammadiyah, kader umat Islam, dan kader bangsa.
7.
Memasyarakatkan dan meningkatkan kegiatan olahraga sebagai
sarana dakwah Islamiyah.
8.
Menumbuhkan dan mengembangkan seni budaya yang bernafaskan
Islam.
9.
Menggembirakan beramal yang diridhai Allah dan hidup
tolong-menolong (ta'awun) dalam ukhuwah Islamiyah.
10. Usaha-usaha lain yang
tidak menyalahi tujuan.
b.
Jaringan Struktural
Susunan organisasi Pemuda Muhammadiyah dibuat
secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan
Daerah, Pimpinan Cabang, dan tingkat Ranting.Pimpinan Pusat adalah kesatuan
wilayah-wilayah dalam ruang lingkup nasional.Pimpinan Wilayah adalah kesatuan
daerah-daerah dalam tingkat propinsi atau daerah tingkat I. Pimpinan Daerah
adalah kesatuan cabang- cabang dalam tingkat kabupaten/kotamadia atau daerah
tingkat II.Sedangkan Pimpinan Cabang adalah kesatuan ranting-ranting dalam satu
tempat tertentu (setingkat kecamatan).Pimpinan Ranting adalah kesatuan
anggota-anggota datam satu tempat tertentu (setingkat desa).Saat ini, Pemuda
Muhammadiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
c.
Garis garis besar haluan gerakan
GBHG adalah
serangkaian strategi yang mungkin dan memungkinkan untuk dilakukan dengan
penjabaran program yang lebih realistis, dan tentunya memiliki daya dukung yang
memadai.Oleh karenanya, improvisasi, kreatifitas dan penyesuaian atas
kondisi masing-masing sangatlah mungkin dan terkadang harus dilakukan. Dalam
kaitan itulah maka dapat dirumuskan 5 (lima) pondasi utama untuk dijadikan
koridor penting sebagai batasan pijakan bersama untuk mencapai tujuan kemajuan
Pemuda Muhammadiyah, yaitu; Pondasi pertama, Tauhid. Aqidah ini penting sekali
sebagai dasar gerakan kita. Jika keyakinan kita temah, maka akan sangat rapuh
gerakan Pemuda Muhammadiyah. Sesuai dengan surat Al- Ankabut (19:41);
"Perumpamaan orang-orang yang mengambil perlindungan-perlindungan selain
Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang
paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengerti".
Pondasi kedua, adatah sistem moral yang benar
berdasarkan wahyu illahi. Kita sering membaca surat Al-Baqarah (12:185); yang
menyatakan bahwa Al-Quran itu sebagai hudallinnas (petunjuk bagi ummat
manusia). Kemudian berisi keterangan (explanation) dan pembeda, yakni the
distingtion between good and evil.Jadi selain tauhid kita bangun juga sistem
nilai moral yang benar.
Pondasi ketiga, adalah
faith and action atau action base on faith. Jadi melakukan amal
sholeh sebanyak-banyaknya yang didasarkan pada aqidah serta nilai-nilai moral
yang benar, sehingga amal itu tidak hampa.Tujuan amat itu menjadi jelas
arahnya.
Pondasi keempat, adatah Keadilan.Keadilan ini
merupakan perintah pertama dalam Al-Quran.Innallah ya'muru bil 'adl wal ihsan,
yakni agama keadilan.Karena memang begitu jelas benang meraih keadilan itu
dalam konsep agama Islam.Jadi keaditan harus ada keseimbangan yang semetris.
Semua orang mendapat apa yang menjadi haknya dan bagi semua orang itu diminta
apa yang menjadi kewajibannya. Pemuda Muhammadiyah berusaha membangun
masyarakat yang tidak diskriminatif atau abau dende (pilih kasih).
Pondasi kelima, adalah memiliki kecenderungan
yang kuat untuk tidak putus-putusnya mengem bangkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.Dalam banyak tinjauan Al-Quran dan Al-Sunnah ilmu pengetahuan itu
merupakan salah satu kunci pembangunan kehidupan menuju sejahtera tidak hanya
di bumi tapi juga di akherat.
d.
Program Kerja Bidang Pengembangan Organisasi dan Sistem
Informasi Manajemen
1.
Melakukan pemberdayaan organisasi dengan mengintensifkan
gerakan Pemuda Muhammadiyah mulai ranting, cabang, daerah, wilayah hingga pusat
sendiri melalui perumusan tugas dan pokok-pokok kegiatan yang harus dikerjakan
pada masing-masing level secara jetas, terarah dan menjadi jaringan yang
terkontrol, terpantau dan dapat dievaluasi.
2.
Meningkatkan kualitas manajemen organisasi yang efisien dan
efektif
3.
Membangun jaringan internal Pemuda Muhammadiyah pada semua
tingkat pimpinan agar mampu melakukan kerjasama untuk memperkuat konsolidasi
organisasi.
4.
Melakukan inventarisasi dan mengupayakan adanya pengembangan
pimpinan khususnya di tingkat cabang dan ranting di semua kecamatan dan desa/
kelurahan, khususnya daerah pemekaran.
5.
Mengembangkan komunikasi dengan memanfaatkan teknologi informasi
di seluruh daerah.
6.
Melaksanakan koordinasi, konsolidasi dan komunikasi terstruktur
dengan semua ortom, majelis, lembaga dan amal usaba
dilingkungan persyarikatan khususnya berkaitan dengan penataan
organisasi dan sistem informasi bersama.
7.
Mengadakan turba dan pembinaan minimal untuk
satu tingkatan pimpinan dibawahnya yang harus dilakukan sedikit-dikitnya satu
kali dalam satu periode
8.
Melaksanakan dan menggalakkan pengajian pimpinan pada semua
tingkatan
9.
Melakukan pendataan keberadaan pimpinan, jumlah kader maupun
aset PemudaMuhammadiyah mulai pusat hingga ranting yang dapat dipertanggung
jawabkan
10. Membangun jati diri
Pemuda Muhammadiyah dari sesuatu yang sederhana seperti mampu menghafal lagu
mars Pemuda Muhammadiyah, suka menggunakanatribut Pemuda Muhammadiyah, atau
tertib administrasi dan sebagainya, disamping hal-hat lain yang bersifat
ideologis, filisofis maupun semangat kejuangan lainnya.
11. Membangun sistem
keuangan yang transparan dan akuntable.
12. Membangun sistem
informasi menejemen (SIM) yang baku atau standar, efektif dan mampu
dilaksanakan hingga jenjang pimpinan ranting.
e.
Program Kerja Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama/Masyarakat
1.
Melakukan kajian masalah-masalah pemikiran ke-Islaman dan
kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap
nilai-nilai Islam yang mampu diaktulisasikan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2.
Melakukan upaya-upaya yang intensif bagi kaderisasi calon
muballigh dan juru dakwah melalui aneka kegiatan baik dilakukan mandiri maupun
bekerja sama dengan pihak lain.
3.
Mengkaji kembali metodologi dakwah Islam Pemuda Muhammadiyah
untuk kalangan Pemuda khususnya pendekatan dakwah jama'ah dengan mengingat
realitas Ranting sebagai ujung tombak gerakan Pemuda Muhammadiyah.
4.
Mampu menemukan pola pengembangan dan model gerakan dakwah
jama'ah yang efektif dan efisien bagi gerakan Pemuda Muhammadiyah menuju
masyarakat Madani.
5.
Melakukan kerjasama untuk memungkinkan mendirikan jaringan radio
komunitas Pemuda Muhammadiyah dan mengfungsikan web site untuk media dakwah
Pemuda Muhammadiyah.
6.
Memperkaya kepustakaan dan informasi hasit kajian dakwah
tertulis baik media cetak maupun elektronik dari buku sampai CD.
7.
Menyusun pedoman menghadapi gejala-gejala pemurtadan.
8.
Membuat peta dakwah, kompetensi dakwah dan tantangan dakwah di
setiap daerah.
9.
Melakukan kerjasama dengan berbagai kalangan untuk memberi
kesempatan kepada kader-kader Pemuda Muhammadiyah diberi kesempatan belajar,
magang ataupun kursus dalam upaya mencetak kader ulama atau pemikir bidang
ke-Islaman.
f.
Program Kerja Bidang Kader dan, Pengembangan Sumber Daya Insani
1.
Merevitalisasi fungsi perkaderan dengan optimalisasi pelaksanaan
program perkaderan formal untuk pimpinan dan anggota dengan menyelenggarakan Pelatihan
Instruktur secara berjenjang, untuk tingkat pusat sekurang kurangnya 3 kali
dalam satu periode.
2.
Menguji dan mensosialisasikan modul, model dan sistem perkaderan
yang telah ada dengan sekaligus mengevaluasi keutamaan dan kelemahannya.
3.
Menjadikan keikutsertaan jenjang perkaderan sebagai salah satu
tolak ukur seseorang mampu menduduki jabatan pimpinan sesuai tingkatannya untuk
menjamin terjadinya budaya perkaderan yang intensif, berjenjang dan berkualitas
di lingkunganPemuda Muhammadiyah.
4.
Meningkatkan pembinaan anggota dengan menanamkan pemahaman yang
intensif mengenai prinsip-prinsip gerakan seperti mengenal persyarikatan
Muhammadiyah dengan segala permasalahnya, mengenal prinsip-prinsip
perjuangan Pemuda Muhammadiyah dan sebagainya.
5.
Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk membentuk forum kajian
tematik bagi pengembangan kader.
6.
Melakukan koordinasi kaderisasi dengan ortom-ortom yang ada pada
setiap jenjang, serta mengupayakan transformasi kader dengan banyak melibatkan
dan member pengalaman yang proporsional kepada kader samping asal
AMM dalam berbagai aktivitas.
7.
Pemetaan sumberdayainsani yang dimiliki Pemuda Muhammadiyah pada
semua lini organisasi, khususnya alumni Pemuda Muhammadiyah
yang bertebaran di banyak tempat.
8.
Mengokohkan sitaturrahim alumni Pemuda Muhammadiyah sebagai
bagian dari pengembangan kader pada berbagai sektor kehidupan berbangsa dan
bernegara.
g.
Program Kerja Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Koperasi dan
Kewirausahaan
1.
Pengembangan program pemberdayaan ekonorni rakyat meliputi
pengembangan SDM pelaku ekonomi, pengembangan kewirausahaan dan usaha kecil,
koperasi, dan jika mungkin ada Badan Usaha Milik Pemuda Muhammadiyah (BUM-PM)
yang benar-banar konkrit dan produktif.
2.
Penggatangan kerjasama dengan berbagai pihak untuk pengembangan
program ekonomi dan kewiraswastaan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah.
3.
Melakukan pelatihan-pelatihan dan pilot proyek pengembangan
ekonomi kecil dan menengah baik secara mandiri maupun kerjasama
dengan lembaga lain sesuai perencanaan program ekonomi & kewirausahaan.
4.
Sosialisasi berbagaiwacana model pemberdayaan ekonomi
yang didasarkan atas kekuatan sendiri sebagai wujud cita-cita kemandirian
ekonomi umat.
5.
Memberikan panduan terhadap usaha-usaha ekonomi datam membangun
kekuatan masyarakat kecil (akar rumput) metalui kegiatan-kegiatan ekonomi
alternatif.
6.
Membentuk himpunan dan menguatkan jaringan pengusaha Pemuda
Muhammadiyah.
7.
Mendorong kader Pemuda Muhammadiyah untuk berani, mampu dan
menjadi contoh pemuda mandiri yang mampu menciptakan lapangan kerja baru.
8.
Melakukan upaya-upaya agar tercipta Badan Usaha Ekonomi yang
nyata di tingkat wilayah, daerah dan cabang, sebagai sarana penggalian dana dan
upaya peningkatan ekonomi kader.
h.
Program Kerja Bidang Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga
1.
Mengadakan kajian dan memberi solusi pemikiran terhadap berbagai
isu aktual dan kebijakan pemerintah yang menyangkut kehidupan rakyat banyak.
2.
Membangun sitaturahim yang berkelanjutan antara Pemuda
Muhammadiyah dengan intitusi legislatif, eksekutif, yudikatif, ormas dan LSM
sebagai upaya menyamakan visi, misi mengawal reformasi pembangunan di segala
bidang.
3.
Mensinergikan seluruh potensi kader profesional Pemuda
Muhammadiyah, seperti politisi,birokrat, pengusaha dan intelektual
untukmengemban misi pencerahan bangsa.
4.
Membentuk posko-posko gerakan anti korupsi dan penyalahgunaan
jabatan (abuse of power) dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih
(good governance).
5.
Meningkatkan kepekaan kader Pemuda Muhammadiyahterhadap
persoalan-persoalan pembangunan dan politik lokal, dalam rangka melakukan
social control sekaligus sebagai social support terhadap seluruh proses
pembangunan nasional di segala bidang.
6.
Membangun kekuatan Pemuda Muhammadiyah yang berperan
sebagai tenda besar bagi pemuda Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya
dalam rangka mengemban misi kerahmatan.
7.
Membangun jaringan dengan berbagai elemen masyarakat pada semua
tingkatan dalam rangka mendukung tercapainya tujuan Pemuda Muhammadiyah.
8.
Membentuk dan mengembangkan simpul-simpul aksi kepedulian
terhadap berbagai persoalan umat menuju kearah kesejahteraan bersama.
9.
Menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga datam rangka
meningkatkan kualitas sumberdaya kader Pemuda Muhammadiyah baik dalam bidang
IPTEK maupun organisasi.
10. Proaktif membangun dan
mengembangkan solidaritas umat dan manusia terhadap berbagai persoalan regional
dan nasional yang menyangkut ketidakadilan, HAM dan kemanusiaan atau SARA.
i.
Program Kerja Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Olah Raga
1.
Mengembangkan apresiasi kesenian, kesusastraan dan obyek pariwisata
untuk memperhalus budi dan memanfaatkannya sebagai media da'wah.
2.
Melaksanakan da'wah kultural dengan memanfaatkan budaya daerah
setelah mengisi dengan nilai-nilai Islam sehingga tidak bertentangan dengan
ajaran tauhid.
3.
Melakukan rasionalisasi dan demitologisasi terhadap
cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat sehingga menjadi cerita yang
Islami dan bersih dari TBK (taglid, bid'ah dan khurafat).
4.
Mengadakan kerjasama dengan berbagai lembaga untuk membantu
pementasan seni (drama, musik, dll.) maupun pertombaan olah raga metatui
pertunjukan langsung atau lewat media massa sebagai wadah ekspresi diri dan
sebagai media da'wah yang berciri Islam modern.
5.
Mengadakan kajian, seminar atau loka karya untuk membahas
berbagai aspek dakwah yang mungkin untuk dilakukan metalui media kesenian dan
olah raga.
j.
Program Kerja Bidang Hukum, HAM dan Advokasi Publik
1.
Melakukan pelatihan advokasi dalam upaya meningkatkan kesadaran
hukum dikalangan Pemuda Muhammadiyah baik masalah kepentingan publik maupun
penegakan HAM.
2.
Melakukan kajian bidang hukum berdasar isu-isu nasional maupun
regional.
3.
Memberikan kontribusi pemikiran kepada berbagai pihak untuk
mendukung tegaknya supremasi hukum.
4.
Memberikan masukan kepada berbagai pihak agar terlaksananya
social control dan check and balance antara rakyat dan penguasa, sehingga
tegaknya hukum, bukan Negara kekuasaan.
5.
Melakukan upaya-upaya yang sinergi dengan rekan-rekan yang ada
di birokrasi maupun legislative untuk melakukan pemantauan,pendampingan maupun
pengusulan berbagai produk hukum yang sejalan dengan misi dakwah Pemuda
Muhammadiyah.
k.
Program Kerja Bidang Hubungan Luar Negeri
1.
Melakukan kerjasama sesama Pemuda Asean dalam mengembangkan
sitaturrahim berbagai usaha-usaba untuk mencapai kemajuan pemuda dalam berbagai
bidang.
2.
Membangun kebersamaan diantara tokoh-tokoh Pemuda di dunia
internasional, sehingga dapat mengembangkan potensi kader dalam arena
internasional
3.
Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak datam rangka melakukan
studi lanjut untuk berbagai jenjang, program study dan Negara tujuan.
4.
Menjembatani dialog peradaban dikalangan pemuda Internasional
asal Negara-negara berbasis mayoritas penduduk muslim untuk mencermati isu-isu
actual tentang pemikiran, gerakan dan pengembangan Islam masa depan.
5.
Bersikap pro-aktif dalam memberikan respon isu-isu actual
Internasional, perkembangan dunia Islam dan melakukan upaya-upaya sosialisasi
dengan berbagai lembaga internasional dalam rangka meningkatkan dakwah Islam di
berbagai kalangan internasional.
6.
Melakukan kerja sama kajian, seminar ataupun kegiatan
kemasyarakatan dengan berbagai donor luar negeri dengan menjamin independensi
dan kebebasan berdakwah Islamiyah amar makruf nahi mungkar.
l.
Program Kerja Bidang KOKAM dan SAR
1.
Melakukan restrukturisasi posisi, peran serta, dan jati
diri KOKAM/SAR Pemuda Muhammadiyah, khususnya berkaitan dengan berbagai pihak
yang berkebutuhan dengan KOKAM/SAR.
2.
Melakukan sosialisasi, recruitment dan pelatihan intensif
KOKAM/SAR dalam upaya meningkatkan kesadaran Pemuda Muhammadiyah dalam
perjuangan bela Negara dan membantu masyarakat luas.
3.
Membangun jati diri KOKAM/SAR yang kokoh sehingga mampu
menjadikan KOKAM/SAR sebagai media dakwah efektif bagi kalangan pemuda maupun
pemudi sebagai bagian dari sistem perkaderan Pemuda Muhammadiyah yang
komprehensif dan berkesinambungan.
4.
Melakukan kajian intensif bagi pengembangan pola organisasi,
pembinaan dan pembiyaan KOKAM/SAR yang variatif, inovatif dan dapat
dipertanggung jawabkan.
5.
Melakukan kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah atau
non pemerintah untuk mempersiapkan KOKAM/SAR sebagai lembaga bantuan gerak
cepat, tanggap darurat dan memiliki akselerasi tinggi dalam penanganan bencana,
situasi kritis dan pengawatan.
m. Program Kerja Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup
m. Program Kerja Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup
1.
Mengembangkan program-program pemberdayaan untuk masyarakat yang
perduli lingkungan dan kesehatan di masyarakat.
2.
Melakukan advokasi di bidang lingkungan hidup dan kesehatan
masyarakat.
3.
Mensinergikan kegiatan bantuan kesehatan dengan dakwah.
4.
Mendorong kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup.
5.
Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mengoptimalisasikan peran serta dalam bidang lingkungan hidup, kesehatan dan
kesegaran jasmani masyarakat luas.
2.5.
Ikatan pelajar muhammadiyah
Pada tahun 1960
pimpinan pusat muhammadiyah dalam konferensi pemuda muhammadiyah tanggal
23-25 Muharram 1330 H/18-20 Juli 1960 M di Jakarta. Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Majlis Pendidikan dan Pengajaran menyarankan konfrensi untuk
membentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) pada tanggal 4 Safar 1381 H/18 Juli
1961 M (Surakarta).Perkembangan IPM akhirnya bisa memperluas jaringan
sehingga bisa menjangkau seluruh sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di
Indonesia. Pimpinan IPM (tingkat ranting) didirikan di setiap sekolah
Muhammadiyah. Berdirinya Pimpinan IPM di sekolah-sekolah Muhammadiyah ini
akhirnya menimbulkan kontradiksi dengan kebijakan pemerintah Orde Baru dalam
UU Keormasan, bahwa satu-satunya organisasi siswa di sekolah-sekolah yang ada
di Indonesia hanyalah Organisasi Siswa Intra-Sekolah (OSIS). Sementara di
sekolah-sekolah Muhammadiyah juga terdapat organisasi pelajar Muhammadiyah,
yaitu IPM. Dengan demikian, ada dualisme organisasi pelajar di
sekolah-sekolah Muhammadiyah. Bahkan pada Konferensi Pimpinan Wilayah IPM
tahun 1992 di Yogyakarta, Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu (Akbar
Tanjung) secara khusus dan implisit menyampaikan kebijakan pemerintah kepada
IPM, agar IPM melakukan penyesuaian dengan kebijakan pemerintah.
|
|
Dalam situasi
kontra-produktif tersebut, akhirnya Pimpinan Pusat IPM membentuk team
eksistensi yang bertugas secara khusus menyelesaikan permasalahan ini. Setelah
dilakukan pengkajian yang intensif, team eksistensi ini merekomendasikan
perubahan nama dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke Ikatan Remaja Muhammadiyah.
Perubahan ini bisa jadi merupakan sebuah peristiwa yang tragis dalam sejarah
organisasi, karena perubahannya mengandung unsur-unsur kooptasi dari
pemerintah.Bahkan ada yang menganggap bahwa IPM tidak memiliki jiwa heroisme
sebagaimana yang dimiliki oleh PII yang tetap tidak mau mengakui Pancasila
sebagai satu-satunya asas organisasinya.
Namun sesungguhnya
perubahan nama tersebut merupakan blessing in disguise (rahmat
tersembunyi). Perubahan nama dari IPM ke IRM sebenarnya semakin memperluas
jaringan dan jangkauan organisasi ini yang tidak hanya menjangkau pelajar,
tetapi juga berbasis remaja yang lain, seperti santri, anak jalanan, dan
lain-lain. Keputusan pergantian nama ini tertuang dalam Surat Keputusan
Pimpinan Pusat IPM Nomor VI/PP.IPM/1992, yang selanjutnya disahkan oleh Pimpinan
Pusat Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1992 melalui Surat Keputusan
Pimpinan Pusat Muham-madiyah Nomor 53/SK-PP/IV.B/1.b/1992 tentang pergantian
nama Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah. Dengan
demikian, secara resmi perubahan IPM menjadi IRM adalah sejak tanggal 18
Nopember 1992.
kemudian, Pimpinan Pusat IRM mengadakan
konsolidasi internal dengan seluruh Pimpinan Wilayah IRM se-Indonesia di
jakarta , juli 2007, untuk membicarakan tentang SK nomenklatur. Pada kesempatan
itu, hadir PP Muhammadiyah untuk menjelaskan perihal SK tersebut. Pada akhir
sidang, setelah melalui proses dialektika yang cukup panjang, forum memutuskan
bahwa IRM akan berganti nama menjadi IPM, tetapi perubahan nama itu secara
resmi terjadi pada muktamar XVI IRM 2008 di Solo. Konsolidasi gerakan diperkuat
lagi pada konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwi) IRM di Makasar, 26-29 Januari
2008 untuk menata konstitusi baru IPM. Maka dari itu, nama IPM disyahkan secara
resmi pada tanggal 14 Dzulqaidah 1432 H/28 Oktober 2008 M di Solo.
Maksud dan Tujuan IPM “Terbentuknya pelajar
muslim yang berakhlaq mulia,berilmu dan terampil dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam sehingga terwujudnya masyarakat
islam yang sebenar-benarnya“
Semboyan IPM “Nuun Walqolami Wamaa Yathurun”
artinya demi qolam (pena) dan apa yang mereka tulis (Q.S 68 : 1/Al Qolam)
2.6. Ikatan mahamasiswa muhammadiyah
Sejarah IMM
Kelahiran IMM tidak
lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah, dan juga bisa dianggap
sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa
setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan
Muhammadiyah untuk memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah
dilahirkan. Yang melatar belakangi kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
yaitu faktor internal Muhammadiyah dan eksternal yaitu kondisi dinamika
organisasi - organisasi mahasiswa saat itu.
Kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keha-rusan sejarah. Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lain ialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990: 102) :
Kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keha-rusan sejarah. Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lain ialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990: 102) :
- Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal, serta adanya ancaman komunisme di Indonesia
- Terpecah-belahnya umat Islam dalam bentuk saling curiga dan fitnah, serta kehidupan politik ummat Islam yang semakin buruk
- Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis
- Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialisme-individualisme
- Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama dalam kampus, serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler
- Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
- Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkan ke-syirik-an, serta semakin meningkatnya misionaris-Kristenisasi
- Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk
Muhammadiyah adalah
organisasi kemasyarakatan yang bersentuhan dengan mahasiswa untuk
merealisaasikan hal tersebut. Maka Muhammadiyah mencoba membuat wadah khusus
untuk mengembangkan potensi para pemuda/mahasiswa. Menanggapi pentingnya wadah
bagi para pemuda/mahasiswa dicetuskanlah pada muktamar Muhammadiyah ke-25
(Kongres Seperempat Abad Kelahiran Muhammadiyah) pada tahun 1936 bertempat di
Jakarta. Pada saat itu dicetuskan cita-cita besar Muhammadiyah belum mempunyai
Universitas dan perguruan tinggi sendiri.
Maksud dan Tujuan IMM
Adapun maksud didirikannya IMM adalah :
Adapun maksud didirikannya IMM adalah :
- Turut berperan dan memelihara martabat dan membela kejayan bangsa
- Menjunjungtinggi dan Menegakan agama islam
- Sebagai upaya untuk menopang, melangsungkan, meneruskan cita – cita pendirian Muhammadiyah.
- Sebagai,pelopor, pelansung, penjaga dan penyempurna cita – cita pembaharuan dan amal usaha Muhammadiyah.
- Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan Bangsa, umat dan Persyarikatan.
Tujuan IMM adalah
Mengusahakan terbentuknya akedemisi muslim yang berahlak mulia dalam rangka
mencapai tujuan Muhammadiyah.
2.7.Tapak suci
a.Sejarah tapak suci
putera muhammadiyah
TRADISI PENCAK SILAT
sudah berurat-berakar dikalangan masyarakat Indonesia sejak lama. Sebagaimana
seni beladiri di negara-negara lain, pencak sitat yang merupakan seni beladiri
khas Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang dikembangkan untuk mewujudkan
identitas. Demikian pula bahwa seni beladiri pencak silat di Indonesia juga
beragam dan memiliki ciri khas masing-masing.
Tapak Suci sebagai
salah satu varian seni beladiri pencak silat juga memiliki ciri khas yang bias
menunjukkan identitas yang kuat. Ciri khas tersebut dikembangkan metalui proses
panjang dalam akar sejarah yang dilatuinya.
Berawal dari atiran pencak sitat Banjaran di
Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun 1872, atiran ini kemudian berkembang
menjadi perguruan seni bela diri di Kauman Yogyakarta karena perpindahan guru
(pendekarnya), yaitu KH. Busyro Syuhada, akibat gerakan perlawanan bersenjata
yang dilakukannya sehingga ia menjadi sasaran penangkapan yang dilakukan rezim
colonial Belanda. Di Kauman inilah pendekar KH.Busyro Syuhada mendapatkan
murid-murid yang tangguh dan sanggup mewarisi keahliannya dalam seni pencak
silat.
Perguruan seni pencak
sitat ini didirikan pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan cik auman yang
dipimpin langsung oleh Pendekar M.A Wahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua
orang murid yang tangguh dari KH. Busyro Syuhada. Perguruan ini
memiliki andasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan ini
menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik (menyekutukan Tuhan) dan
mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa. Perguruan
Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan
cabang perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan nama
Perguruan Seranoman pada tahun 1930.
Perkembangan kedua perguruan
ini semakin hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang cukup
banyak.Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota Laskar
Angkatan Perang Sabil (APS) untuk melawan penjajah, dan banyak yang gugur dalam
perlawanan bersenjata. Lahirnya pendekar-pendekar muda basil didikan
perguruanCikaumandan Seranoman memungkinkan untuk mendirikan
perguruan- perguruan baru, yang di antaranya ialah Perguruan Kasegu pada tahun
1951. Atas desakan murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah inisiatif untuk
menggabungkan semua perguruan sitat yang sealiran dimulai.Pada tahun 1963,
desakan itu semakin kuat, namun mendapatkan tentangan dari para ulama Kauman
dan para pendekar tua yang merasa terlangkahi. Dengan pendekatan yang intensif
dan dengan pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik yang dimiliki ummat
Islam menghadapi kekuatan komunis yang melakukan provokasi terhadap ummat
Islam, maka gagasan untuk menyatukan kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang
terserak ke datam satu kekuatan perguruandimulai.Seluruhperangkat
organisasional dipersiapkan, dan akhirnya disepakati untuk menggabungkan
kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke datam satu kekuatan
perguruan, yaitu mendirikan Perguruan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1960 yang
merupakan keberlanjutan sejarah dari perguruan-perguruan sebelumnya.
Pada
perkembangan selanjutnya, Perguruan Tapak Suci yang berkedudukan di Yogyakarta
akhirnya berkembang di Yogyakarta dan daerah- daerah lainnya. Setelah
meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, pada tahun 1966
diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri
oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai
daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan
organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci
dikem-bangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan
Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Dan pada Sidang Tanwir
Muhammadiyah tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi
organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah, karena Tapak Suci Putera
Muhammadiyah juga mampu dijadikan wadah pengkaderan Muhammadiyah.
b.
Prinsip dasar organisasi
Tapak Suci Putera
Muhammadiyah adalah organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah yang beraqidah
Islam, bersumber pada Al-Qur'an dan As-sunnah, berjiwa persaudaraan, dan
merupakan perkumputan dan perguruan seni bela diri. Maksud dan tujuan Tapak
Suci adatah sebagaiberikut:
1.Mendidik serta membina ketangkasan dan
ketrampilan pencak sitat sebagai seni
beladiri Indonesia.
2.Memelihara kemurnian pencak sitat sebagai
seni beladiri Indonesia yang sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran Islam
sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral.
3.Mendidik dan membina anggota untuk menjadi
kader Muhammadiyah.
4.Metalui seni beladiri menggembirakan dan
mengamalkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dalam usaha mempertinggi ketahanan
Nasional.
Pencapaian maksud dan tujuan Tapak Suci
tersebut dilakukan dengan upaya-upaya berikut:
1. Memperteguh iman, menggembirakan dan
memperkuat ibadah serta mempertinggi akhlaq yang mulia sesuai dengan ajaran
Islam.
2. Menyelenggarakan pembinaan dan pendidikan
untuk melahirkan Kader Muhammadiyah.
3. Menyelenggarakan pembinaan seni Beladiri
Indonesia.
4. Mengadakan penggalian dan penelitian limu
Seni Beladiri untuk meningkatkan dan mengembangkan kemajuan Seni Beladiri
Indonesia.
5.Aktif datam lebaga olahraga dan seni baik
yang diadakan oleh Pemerintah maupun swasta yang tidak menyimpang dari maksud
dan tujuan Tapak Suci.
6. Menggembirakan penyelenggaraan dakwah amar
ma'ruf nahi mungkar sesuai dengan proporsi seni beladiri.
7. Menyelenggarakan pertandingan dan tomba
serta pertemuanuntuk memperluas pengalaman dan persaudaraan.
8. Menyelenggarakan usaha lain yang dapat
mewujudkan tercapainya meksud dan tujuan.
c. stuktur organisasi
tapak suci
Susunan organisasi
Tapak Suci dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang.Pimpinan Pusat Tapak Suci adatah
pimpinan tertinggi yang melaksanakan kepemimpinan dan bertanggung jawab keluar
dan ke dalam. Pimpinan Wilayah Tapak Suci berkedudukan di ibu kota
propinsi/daerah tingkat I, bertindak sebagai Pimpinan Wilayah sekaligus
Komisaris Pimpinan Pusat yang melaksanakan koordinasi administrasi dan
operasional daerah. Pimpinan Daerah Tapak Suci berkedudukan di setiap
kabupaten/kota administrasi sebagai pelaksana administrasi dan bertindak secara
operasional. Untuk melancarkan tugas operasional, Pimpinan Daerah
dapat mendirikan cabang Tapak Suci di daerahnya. Pimpinan Pusat juga
dapat membentuk Perwakilan Wilayah di luar negeri sebagai pelaksana
administrasi dan bertindak secara operasional.
Keanggotaan Tapak Suci
terdiri dari siswa, anggota penuh, dan anggota kehormatan. Yang dapat diterima
menjadi Siswa Tapak Suci adalah anak-anak, remaja, dewasa putra-putri beragama
Islam yang menyetujui anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Tapak Suci serta
telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Anggota Penuh Tapak Suci terdiri
dari Kader, Pendekar dan Pimpinan Tapak Suci yang telah memenuhi persyaratan
keanggotaan yang diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga. Sedangkan anggota
kehormatan Tapak Suci adalah orang yang karena jabatannya, kedudukannya dan
atau keahliannya telah diangkat oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci dengan surat
ketetapan.
d.garis garis besar
program tapak suci
Secara garis besar, program-program yang
dilaksanakan oleh Tapak Suci Putera Muhammadiyah ialah sebagai berikut:
1. Bidang Kependekaran
dan Keilmuan
a. Mengadakan Diktat Kepemimpinan Pendekar
untuk meningkatkan kulaitas, disiplin dan pemahaman nilai-nilai Tapak Suci
sebagai Organisasi Kader Muhammadiyah yang sebenar-benarnya dibawah bimbingan
Majetis Pendidikan Kader.
b.Membakukan dan
membukukan Pendekar Tapak Suci.
c. Menyusun materi
pendidikan dan pelatihan Tapak Suci
d. Menyusun dan membakukan keilmuan TapakSuci
yang Islami dibawah bimbingan Majetis Tarjih, untuk kurikulum pendidikan kader
yang
terdiri dari:
- Pencak silat Olahraga Kesehatan;
- Pencak Silat Olahraga Prestasi
- Pencaksilat Seni Prestasi
- Pencak Silat Beladiri
e. Menyusun materi dan pembakuan kurikulum
pendidikan AIK.
f.Memasyarakatkan
peraturan untuk peraturan pertandingan Pencak Silat Olah Raga
dan Peraturan Perlombaan Pencak Silat Seni.
2. Bidang Pembinaan
Organisasi dan Kader
a. Meningkatkan
kualitas dan disiplin serta pemahaman dan penghayatan anggota
akan nilai-nilai Tapak Suci sebagai Organisasi
Kader Muhammadiyah dan meneliti dengan lebih selektif
penerimaan anggota dengan memperhatikan itikat baik serta
kemampuan memenuhi kewajiban terhadap organisasi berupa amal nyata.
b. Tertib
administrasi keanggotaan Muham madiyah dengan mendaftar kepada
PP Muhammadiyah untuk mendapatkan Kartu Tanda Anggota
Muhammadiyah.
c. Tertib
administrasi keanggotaan Tapak Suci bagi siswa dengan mendaftar kepada
Pimpinan Daerah Tapak Suci untuk mendapatkan kartu tanda
siswa Tapak Suci d.Tertib administrasi bagi Kader dan
Pendekar dengan mendaftar kepada PP Tapak Suci untuk mendapatkan
Kartu Tanda Anggota Tapak Suci e.Untuk ketegasan identitas diwajibkan kepada
anggta dan pimpinan mencantumkan NBTS dan NBM dalam semua bentuk kegitan
administrasi.
f.Mengintensifkan penyelenggaraan pembinaan,
pengkajian dan penataran kemuhammadiyahan, ketapaksucian datam usaha membina
anggota kemampuan sebagai pemikir dan pelaku gerakan.
g. Meningkatkan fungsi
organisasi sebagai factor pengembangan, dinamika dan kaderisasi
yang mendapat tempat pengembangan yang terarah dan
terencana oleh pimpinan persyarikatan.
h. Meningkatkan
hubungan antar organisai ortonom, meningkatkan hubungan dialogis
dan demokratis antara ortom dengan
pimpinan persyarikatan.
i. Menentukan dan
melaksanakan tindakan admisistrasi terhadap anggota yang tidak memenuhi
tanggungjawab dan kewajiban, terutama terhadap anggota yang merugikan nama
baik serta perjuangan Tapak Suci.
3. Bidang Pembinaan
Prestasi
a. Menerapkan hasil pembakuan dalam hal :
-Peraturan pedoman Pencak Silat Olahraga.
-Peraturan oerlombaan Pencak Silat
b. Melaksanakan kejuaraan-kejuaraan
antar-Perguruan Tinggi metalui:
- Kejuaraan
Nasional Pencak Silat Olah-ragadan seni Tingkat Dewasa
- Kejuaraan
Nasional Pencak Silat Olah-ragadan Seni unuk Tingkat Remaja.
c. . Melaksanakan Kejuaraan-Kejuaraan
antarperguruan Tinggi metalui, kejuaraan PencakSilat Olahraga dan Seni Antar
Perguruan Tinggi
d. Menjadikan even-even IPSI untuk mendata
danmengukur Prestasi Tapak Suci tingkatCabang,Daerah, Nasional maupun
Internasional.
4. Bidang Pengembangan
Organisasi
a. Menertibkan pendaftaran utang pimpinan
Daerah dan Pimpinan Wilayah Tapak Suci Putera Muhammadiyah dari seluruh
Indonesia, dengan ketentuan personit Pimpinan adalah Anggaran Tapak Suci aktif
dan Anggaran Muhammadiyah.
b. Memantapkan dan meningkatkan potensi cabang
sebagai tempat pembinaan anggota untuk membimbing kehidupan jama'ah dan
pelaksanaan dakwah jama'ah dalam lingkungan.
c. Memantapkan dan meningkatkan potensi Daerah
sebagai wadah dan pendayagunaan organisasi dalam penyelenggaraan amal usaha
Tapak Suci serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan anggota datam metaksanakan
kewajuban terhadap organisasi.
d. Berpartisipasi
aktif dan ikut mengembangkan alternatif kegiatan bagi mahasiswa di lingkungan
kampus terutama dalam upaya pengembangan kader intelektual
muslim, mendudukan keberadaan perguruan Tapak Suci di lingkungan
perguruan Tinggi dan Pondok Pesantren setingkat unit Perguruan Tapak
Suci dengan peraturan khusus. Mendudukkan perguruan Tapak
Suci di Perguruan Tinggi dan Pondok Pesantren Muhammadiyah sebagai
unit dan keberadaan di bawah kondisi Pimpinan Wilayah dan
operasionalnya di bawah koordinasi pimpinan Daerah.
e. Untuk
mengembangkan perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah ke luar
negeri secara aktif dan terencana.
f.
Mempublikasikan secara luas keberadaan dan kegiatan Tapak Suci.
g. Menerbitkan
kembali majalah FORUM dalam Kalender Tapak Suci.
h. Mendirikan
Perpustakaan Tapak Suci untuk menyimpan benda-benda bersejarah, dll.
5. Bidang Pembinaan
dan Pendidikan
a.Pendidikan
dan pelatihan Siswa Tapak Suci dengan mematuhi peraturan pendidikan untuk
setiap kali pendidikan dan latihan.
-1 (satu) jam untuk
pendidikan Al-Islam dan ke-Muhammadiyah-an
-2 (dua) jam untuk latihan Pencak Silat
b. Mengoperasiolkan tuntutan Pembinaan dan
Pendidikan LKPTS.
c. Mengoperasionalkan
kurikulum Pendidikan Kader Tapak Suci yang terdiri dari,
- Pencak Silat
Olahraga Kesehatan Untuk Kader Muda.
- Pencak Silat
Olahraga Prestasi untuk Kader Madya.
- Pencak Silat Seni untuk Kader Kepala
- Pencak Silat Beladiri untuk Kader Utama.
- Mengoperasionalkan
Tuntutan Pembinaan khusus Al-Islam &
Kemuhammadiyahan untuk Siswa dan Kader.
d. Mengintensifkan Pendidikan&Latihan
Tapak Suci
- Sekolah-sekolah Muhammadiyah
- Perguruan Tinggi
- Pondok Pesantren
e. Memberikan kesempatan dan mencari
kesempatan untuk menjalin pendidikan dan latihan Tapak Suci untuk:
- Pimpinan
Muhammadiyah semua tingkat pimpinan
- Pimpinan
tingkat ortom Muhammadiyah semua tingkat Pimpinan
- Pimpinan
amal usah Muhammadiyah
6. Bidang Penelitian dan Pengkajian
a. Menggalakkan Penelitian dan Pengkajian
terhadap kegiatan Oganisasi
b.
Mengintensifkanpengkajian tentang
perkembangan keilmuan pencak sitat Tapak Suci.
c.Menyelenggarakan
forum-forum ilmiah secara rutin dengan mengundang para ahti, terutama dari
keluarga Muhammadiyah.
d. Menghimpun laporan dari semua tingkat
Pimpinan Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
7. Bidang Pendayaan
Sumberdaya
a.
Mengintensifkan pengumpulan dana dari,
- luran Siswa
- Infaq anggota
- Administrasi Ujian Siswa dan Anggota
- SWO dari semua tingkat pimpinan
- Dana pembinaan dari persyarikatan
b.Menghimpun dana dari Umat yang berupa,
-Zakat, Infaq.
- Sumbangan yang tidak
mengikat
c.Berusaha untuk:
-Membentuk badan
usaha yang menguntungkan.
-Membentuk
koperasi Anggota untuk semua tingkat pimpinan
-Menyediakan
tempatdan mengelola tempat-tempat pembinaan
- Memupuk kerja
sama dalam bidang pengembangan usaha disemua tingkat.
d. Mendayagunakan
keberadaan Anggota Tapak Suci untuk menunjang kegiatan organisasi.
e. Mendayagunakan
Pencak Silat sebagai sarana dakwah amar ma'ruf nahi munkar.
2.9. Hizbul wathon
a.
Sejarah hizbul wathon
Bermula dari
perjalanan dakwah yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan ke Surakarta pada tahun
1920, berdirinya Hizbut Wathan merupakan inovasi terbuka dan kreatif untuk
membina anak- anak muda dalam keagamaan dan pendidikan mereka. Ketika melewati
alun-alun Mangkunegaran, Kiai Dahlan melihat anak-anak muda berseragam ( para
anggota Javaannsche Padvinder Organisatie ), berbaris rapi, dan metakukan
berbagai kegiatan yang menarik. Mereka kelihatan tegap dan disiplin.
Sekembalinya di Yogyakarta, Kiai Dahlan memangit beberapa guru Muhammadiyah
untuk membahas metodologi baru dalam pembinaan anak-anak muda Muhammadiyah,
baik di sekolah-sekolahmaupun di masyarakat umum. Kiai Dahlan mengungkapkan
bahwa alangkah baiknya kalau Muhammadiyah mendirikan padvinder untuk mendidik
anak-anak mudanya agar memiliki badan yang sehat serta jiwa yang luhur untuk
mengabdi kepada Allah.
Metode padvinder
diambil sebagai metode pendidikan anak muda Muhammadiyah di luar sekolah. Hal
ini sangat bermanfaat bagi metode pendidikan dan dakwah yang dilakukan
Muhammadiyah, yang semuanya merupakan tindakan strategis yang sangat erat
dengan masa depan Islam, pembaharuan masyarakat dan bangsa, serta kecepatan
penyebaran gagasan-gagasan pembaharuan dan da'wah Islam.
Gagasan Kiai A. Dahlan
tersebut kemudian dikembangkan lagi, setelah diadakan pembahasan oleh beberapa
orang yang dipelopori oleh Soemodirdjo, dengan mendirikan Padvinder
Muhammadiyah yang terbentuk pada tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49,
lihat juga Almanak 1357 H: 226-227) yang diberi nama nama Hizbut Wathan. Namun
ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa Hizbut Wathan berdiri pada tahun
1919.
Aktivitas-aktivitas
kepanduan di lingkungan Muhammadiyah segera dimulai.Syarbini, seorang bekas
anggota militer Belanda dan bekas order office, mengadakan latihan berbaris dan
berolahraga setiap hari Ahad sore di halaman Sekolah Muhammadiyah
Suronatan.Kian hari kian bertambah pengikutnya, tidak lagi terbatas pada guru
saja, juga banyak para pemuda Kauman yang ikut berlatih.Yang sangat menarik
perhatian masyarakat ialah adanya barisan Padvinder Muhammadiyah yang tegap,
disiplin, dan rapi, yang merupakan hal yang sangat menarik bagi masyarakat saat
itu. Semboyan Hizbut Wathan pada waktu itu ialah setia kepada util amri;
sungguh berhajat akan menjadi orang utama; tahu akan sopan santun dan tidak
akan membesarkan diri; boleh dipercaya; bermuka manis; hemat dan cermat;
penyayang; suka pada sekalian kerukunan; tangkas, pemberani, tahan, serta
terpercaya; kuat pikiran menerjang segata kebenaran; ringan menolong dan rajin
akan
kewajiban; menetapi
akan undang-undang Hizbul Wathan (Almanak Muham-madiyah, 1924: 50). Dari
semboyan (kewajiban) Hizbut Wathan ini dapat diketahui semangat, cita-cita dan
karakter yangakan itanamkan pada setiap anggota pandu Hizbut Wathan.
Semboyan itu kemudian menjadi Undang- Undang Hizbul Wathan, dan selalu
diucapkan pada setiap latihan dan upacara, sehingga meresap
dalam kesadaran setiap anggota Hizbut Wathan, yang pada akhirnya
akan membentuk karakter dan kepribadian setiap anggota pandu Hizbut
Wathan.
Pada perkembangan
selanjutnya, Hizbul Wathan banyak mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat
umum dan kepanduan lain. Di Solo, Hizbut Wathan mendapat tanggapan hangat dari
Javaannsche Padvinder Organisatie. H izbut Wathan juga banyak terlibat dalam
berbagai aktivitas di masyarakat umum, sehingga Hizbut Wathan akhirnya cepat
dikenal di tengah masyarakat.
Dalam berbagai moment,
seperti penghormatan atas pengiringan Sultan Hamengkubuwono Vll yang pindah
dari Keraton ke Amburukmo, Hizbut Wathan banyak mengambil peran dalam prosesi
tersebut.Dalam setiap kongres yang diselenggarakan Muhammadiyah dan Aisiyah,
Hizbut Wathan selalu siap untuk membantu menyelenggarakan, menjaga keamanan,
menyemarakkan dengan barisan tambur dan terompetnya. Demikian pula di setiap
hari besar Islam dan hari besar nasional, Hizbut Wathan selalu tampil dalam
barisan 'elite' yang dengan gagah dan tegap berada di tengah-tengah barisan
organisasi kemasyarakatan yang lain. Juga, tidak jarang Hizbut Wathan tampil
dalam berbagai upacara jumenengan Sri Sultan Hamengkubuono Vill. Di
situ Hizbut Wathan tampil dengan barisan tambur dan terompetnya yang dipimpin
langsung oleh KHA.Dahlan.
Hizbut Wathan juga
sering tampil senciri dengan acara dan kegiatan yang menarik dan menjadi
perhatian masyarakat.Pada giliranya banyak warga masyarakat, khususnya
anak-anak dan generasi mudanya tertarik untuk menjadi anggota Hizbul Wathan.
Tidak sedikit dengan golongan yang dulu tidak senang dengan Muhammadiyah
tertari kepada Hizbut Wathan-nya, bahkan dari kalangan kaum'abangan' pun tidak
sedikit yang memasukan anak-anaknya kedalam pandu Hizbut Wathan.Pesatnya
kemajuan Hizbut Wathan rupanya mendapat perhatian pihak NIPV, yaitu perkumpulan
padvinder Hindia Belanda yang merupakan cabang dari padvinderij di negeri
Belanda (NPV). Pada saat itu, gerakan padvinderij Hindia Belanda (Indonesia)
yang dapat pengakuan internasional adalah yang bergabung dalam NIPV tersebut
yang merupakan perwakilan NPV.Pimpinan NIPV datang ke Yogyakarta untuk mengajak
Hizbut Wathan bergabung ke dalam organisasi NIPV. Usaha-usaha Comissaris
NIPVReneff) tiada hentinya untuk mengajak Hizbut Wathan menjadi anggota NIPV,
sehingga ketika Kongres Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, mereka mengambil
inisiatif mengikuti Hizbut Wathan dalam Kongres Muhammadiyah dari awal sampai
akhir. Pertemuan dilanjutkan lagi di Yogyakarta oleh wakil NIPV untuk mengajak
Hizbut Wathan masuk kedalam organisasi NIPV, tetapi Hizbul Wathan tetap ingin
mempertahankan kedaulatannya, tidak mau menerima tawaran dari Reneff (wakil
NIPV) tersebut, arena Hizbul Wathan mempunyai prinsip-prinsip
tersendiri.
Kepanduan HW dalam
perjalanan sejarahnya telah menjadi wadah pendidikan bagi generasi muda
muhammadiyah yang berhasil, sekaligus menjadi sarana da'wah yang ampuh.Banyak
anak- anak muda yang tertarik memasuki kepanduan Hizbul Wathan.Mereka merasakan
banyak mendapatkan manfaat dan keuntungan menjadi pandu Hizbul Wathan.Tidak
sedikit pemuda- pemuda anggota pandu Hizbut Wathan menjadi orang yang percaya
diri dan memiliki keperibadian yang baik (memiliki akhlak utama, luhur budi
pekertinya, beriman serta bertaqwa kepada Allah) serta menjadi warga masyarakat
yang berguna.
Kepanduan Hizbut
Wathan melahirkan orang- orang yang kemudian tidak hanya menjadi tokoh
Muhammadiyah, tetapi juga menjadi tokoh nasional, seperti Soedirman (Panglima
Besar TNI/Bapak TNI), Soedirman Bojonegoro (Mantan Pangdam Brawijaya), Syarbini
(Mantan Pangdam Diponogoro/Menteri Veteran), M. Amien Rais (Ketua MPR),
Soeharto (mantan Presiden RI II), Daryadmo (Mantan Ketua MPR), Feisal Tanjung
(mantan Menko Polkam), Hari Sabarno (Wakil Ketua MPR), dan lain-lain.
Pertumbuhan
Muhammadiyah di masa awal tidak dapat dilepaskan dari peranan HW yang selalu
menjadi pelopor dalam setiap perintisan berdirinya Cabang dan Ranting
Muhammadiyah. Sebelum Muhammadiyah berdiri di suatu daerah, biasanya lebih
dahulu telah berdiri HW.Oleh karena itu, dari HW ini kemudian lahir pemimpin,
da'i, dan mubaligh yang ulet, percaya diri, dan disiplin, serta mereka menjadi
penggerak Muhammadiyah. Hizbut Wathan diakui sebagai wadah untuk mendidik
generasi muda menjadi generasi muda yang disiplin, jujur, berani,mandiri, dan
terampil dan berjiwa perwira sebagaimana ditanamkan datam kesadaran setiap
anggota Hizbut Wathan metalui perjanjian Hizbul Wathan dan Undang-undang Hizbul
Wathan.
Perjalanan Hizbut
Wathan terpotong oleh rasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 1960
bahwa seluruh organisasi kepanduan harus melebur ke dalam pramuka.Dengan
demikian, perjalanan sejarah pandu Hizbul Wathan menjadi terhenti.Geliat untuk
bangkit kembali muncul setelah datangnya gelombang reformasi, yaitu keinginan
untuk metahirkan kembali gerakan kepanduan Hizbul Wathan.Pada Sidang Tanwir
Muhammadiyah di Bandung pada tahun 2000 akhirnya diputuskan bahwa gerakan kepanduan
Hizbut Wathan dilahirkan kembali sebagai organisasi otonom di lingkungan
Muhammadiyah.
PRINSIP DASAR ORGANISASI
Kepanduan Hizbul
Wathan adalah organisasi otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak dalam
bidang pendidikan kepanduan putra maupun putri, merupakan gerakan Islam dan
dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumberkan Al-Qur'an dan
As-Sunnah. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat
utama, adil dan makmur yang diridlai Allah dengan jalan menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam lewat jalur pendidikan kepanduan.
Pencapaian maksud dan tujuan HW
dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut:
1.Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan
muda putra ataupun putri menurut ajaran Islam.
2.Mendidik angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia
muslim yang berakhlak mulia, berbudi luhur sehat jasmani dan rohani.
3.Mendidik angkatan muda putra dan putrid menjadi generasi yang
taat beragama, berorganisasi, cerdas dan trampil.
4.Mendidik generasi muda putra dan putri gemar beramal, amar
makruf nahi munkar dan berlomba dalam kebajikan.
5. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran,
kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran agama Islam.
6.Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi
kader pimpinan dan pelangsung amal usaha Muhammadiyah.
7. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa
demokrasi serta ukhuwah sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
8.Melaksanakan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan
organisasi.
Susunan
organisasi Hizbut Wathan dibuat secara berjenjang dari tingkat
Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah/Kota, dan Kwartir Cabang.
Kwartir Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang lingkup
nasional.Kwartir Wilayah adalah kesatuan kwartir-kwartir daerah dalam satu
propinsi.Kwartir Daerah/Kota adalah kesatuan kesatuan kwartir-kwartir Cabang
dalam satu daerah/kota.Sedangkan Kwartir Cabang adatah kesatuan golongan-golongan
(tempat pelatihan).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada
tahun 1912, Muhammadiyah terus berkembang begitu pesatnya hingga kini. Hal
tersebut bisa kita jumpai mulai dari berbagai kajian dari tingkat ranting
hingga tingkat pusat, juga adanya berbagai amal usaha, lembaga-lembaga,
ortom-ortom yang bernaung di bawah organisasi yang usianya hampir satu abad ini
telah menyebar di seluruh pelosok tanah air.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat
dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar
belakang KH Ahmad Dahlan memilih nama Muhammadiyah yang pada masa
itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin
tahu dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan
keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan
Rasulullah SAW.
3.2. Saran
1. Jangan dijadikan sebuah perbedaan menjadi sebuah pemecah, Allah
SWT menciptakan semua perbadaan
dengan tujuan untuk saling melengkapi, bersatu dan mendukung.
2. Muhammadiyah organisasi yang terbuka bahkan
siap membangun bangsa dan negara,
Daftar Pustaka
http://pcimlibya.wordpress.com/2009/05/15/mengenal-muhammadiyah-lebih-dekat/
Tidak ada komentar