sianida kembali berulah


https://www.islampos.com/kasus-kopi-sianida-dan-pembodohan-masyarakat- ( di akses pada sebtember 2016 )


        
          Pertanyaannya, apa yang penting dari ‘blow up’ media-media mainstream itu? Apa yang berguna bagi masyarakat Indonesia pada umumnya? Yang bahkan tak tahu menahu apa itu sianida. Anda tahu sianida?
Beberapa waktu kebelakang, Jokowi mereshuffle kabinetnya dalam perombakan kabinet jilid 2. Media massa meliput agenda kerja sang presiden, tak lama berselang kasus dwikewarganegaraan Arcandra Tahar berhembus ke publik. Semua ramai membicarakan hal tersebut. Namun riuh rendahnya gejolak politik di tubuh pemerintah, ternyata tidak menggoyahkan rating kasus kopi sianida.

          Sebuah survei yang digagas oleh Indikator Politik Indonesia secara tatap muka terhadap 1220 responden di berbagai kota di Indonesia, menemukan fakta yang miris. 53% responden mengaku tak tahu menahu jika ada perombakan kabinet (lihat Tribunnews Senin, 15 Agustus 2016: Rating Persidangan Jessica Wongso Lebih Tinggi Ketimbang Perombakan Kabinet).
WAYAN Mirna Salihin—alias Mirna—27, tewas gegara menenggak kopi bercampur senyawa kimia sianida pada 6 Januari lalu. Cairan itu ia minum ketika bersua dengan karibnya Jessica Kumala Wongso dan Hani di Restoran Olivier, Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta.
       
         Pasca diselidiki oleh Polda Metro Jaya, organ tubuh Mirna diidentifikasi terkikis secara kimiawi akibat zat korosif yang kemudian diketahui berasal dari sianida bercampur dengan kopi. Jesicca menjadi tertuduh, ia kini duduk di kursi pesakitan—sang tersangka pembunuh Mirna.
Sekarang di penghujung Agustus—tujuh bulan pasca kasus itu terungkap—sejumlah media massa masih getol membahas intrik persidangan sang pesakitan. Bahkan bisa dibilang mereka sangat bersemangat meliputnya, sangat-sangat bersemangat.
     Mari mundur kebelakang, pada 04 Februari 2016 lampau rating ILC tembus 15 besar mengalahkan sinetron-sinetron SCTV, dimana sebelumnya ILC jarang  sekali menembus 50 besar. ILC menduduki posisi 14 dengan rating 1,8% share 8,5%, demikian dikutip dari wowkeren.com. Sebegitu pentingkah sosok Jesicca sehingga mampu mendobrak rating sebuah acara? Atau jangan-jangan ada pengalihan isu?
Mari kita telisik kembali isu-isu perpolitikan yang menguap tak jelas kemana. Masih ingatkah Anda dengan isu naiknya harga rokok menjadi Rp. 50 ribu perbungkusnya? Kemana ya mereka? Masih ingatkah Anda dengan kisruh menjelang Pilkada DKI 2017, dimana soal balon gubernur non-Muslim vs Muslim ramai diperdebatkan. Atau yang terbaru, mengenai tunjangan guru yang hendak dihapuskan. Masih ingatkah Anda?
Jangan-jangan Anda semua terbius dengan kopi sianida digital, yang terus-terusan menghiasi media massa. Sehingga melupakan segala permasalahan yang ada di negara kita. Sepertinya mereka berhasil membodohi kita
    Direktur Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, mengamini hasil survei tersebut. Bahkan ia berkelakar jika rating kasus Jesicca lebih tinggi ketimbang reshuffle kabinet jilid 2. Ia berargumen dengan mengutip pernyataan salah satu petinggi televisi swasta—berinisial Toto—yang mengatakan rating tayangan soal perombakan kabinet jauh lebih kecil, ketimbang tayangan soal sidang Jessica Kumala Wongso.
“Mas toto bahkan menyebut reshuffle ratingnya lebih rendah dari sidang Jessica,” ujar Burhanudin.

     

Tidak ada komentar